Presiden baru Jerman peringatkan Recep Erdogan

Presiden baru Jerman, Frank-Walter Steinmeier, memperingatkan Recep Tayyip Erdogan, bahwa presiden Turki tersebut berisiko menghancurkan semua hal yang telah dicapai negaranya dalam beberapa tahun terakhir.
"Presiden Erdogan, jangan membahayakan apa yang Anda dan pihak-pihak lain telah capai ... hentikan pembandingan mengerikan dengan paham Nazi, jangan putuskan hubungan dengan orang-orang yang ingin berteman dengan Turki. Hormati aturan hukum dan kebebasan media dan wartawan, serta bebaskan Deniz Yuce," kata Steinmeier saat dilantik di Berlin.
- Berkunjung ke basis pendukung Erdogan di Turki
- Donald Trump, Erdogan, Duterte, pemimpin 'berbahaya bagi dunia'?
- Bertemu Erdogan, Merkel tekankan pentingnya kebebasan berpendapat
Dalam beberapa minggu terakhir, pemerintah di Ankara berulang kali menuduh Jerman dan Belanda menggunakan taktik Nazi saat melarang para menteri Turki menyatakan dukungan terhadap penduduk asing Turki terkait perubahan undang-undang dasar menjelang referendum yang akan dilaksanakan bulan depan.
Steinmeier mengatakan membanding-bandingkan dengan Nazi tidak bisa lagi digambarkan dengan kata-kata dan karenanya mendesak Presiden Erdogan untuk menghentikan hal tersebut.
Tidak aman
Sebelumnya, Erdogan memperingatkan negara-negara Eropa bahwa jika mereka tetap bertingkah laku dalam cara yang sama, maka warga Barat kemungkinan tidak akan aman saat berjalan-jalan di dunia.
"Jika Anda terus bertingkah laku seperti ini, besok di bagian mana pun dunia, tidak seorang Eropa pun, tidak seorang Barat pun dapat berjalan-jalan dengan aman dan damai," kata Erdogan saat berpidato di Ankara.
- Balas Belanda, Turki tolak pendaratan pesawat yang bawa Dubes Belanda
- Hubungan memanas, Turki serukan agar Belanda dijatuhi sanksi
- Apakah Wilders yang anti-Islam ancam politik Belanda dan warga keturunan Indonesia?
Dia tidak merinci lebih jauh maksud pernyataannya tetapi sepertinya menyiratkan warga Eropa berisiko menghadapi perlakuan yang sama, katanya, sama seperti yang dialami warga Turki dan Muslim di Eropa.
Erdogan, yang berulang kali membandingkan dengan Jerman Nazi, dikecam keras Uni Eropa, disamping Berlin dan Den Haag, sehingga memicu krisis yang menimbulkan keraguan terkait kemungkinan Turki menjadi anggota Uni Eropa.