Virus corona Korea Selatan: KBRI di Seoul tutup sementara, WNI di Daegu pilih 'diam di rumah'

  • Callistasia Wijaya
  • Wartawan BBC News Indonesia
Daegu

Sumber gambar, JUNG YEON-JE/AFP

KBRI di Seoul ditutup sementara, menyusul terkonfirmasinya satu kasus pasien virus corona dengan radius di dekat kantor pelayanan KBRI, kata Dubes Indonesia untuk Korsel.

Adapun sebagian dari lebih dari 1.400 Warga Negara Indonesia, WNI, di Daegu, pusat penyebaran virus di Korea Selatan, memilih diam di rumah.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul tutup sementara (28/02), menyusul dengan satu kasus terkonfirmasi pasien COVID-19 di Yeouido, yang diumumkan otoritas setempat (27/02), demikian Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi.

"Penutupan layanan ini hanya bersifat sementara, untuk memastikan kondisi pelayanan yang kondusif sehubungan dengan merebaknya wabah virus Covid-19 yang sudah menjangkiti korban dengan radius dekat kantor pelayanan KBRI," tutur Dubes RI untuk Korea Selatan Umar Hadi.

"Hal ini juga sesuai dengan kebijakan pemerintah setempat untuk mengurangi pengumpulan orang dalam jumlah besar pada satu waktu dan satu tempat".

Korea Selatan adalah negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia setelah China.

Pemerintah Korea Selatan mengatakan akan berupaya semaksimal mungkin untuk menghentikan penyebaran virus.

"Situasinya sangat suram dan karena itu deklarasi zona bencana khusus tidak cukup. Pemerintah telah mengerahkan perwira militer dan polisi dan mengaktifkan sistem dukungan nasional secara penuh, termasuk dukungan dari tenaga medis swasta," ujar Presiden Korea Selatan Moon Jae-In.

"Kita harus mencegah penyebaran COVID-19 ke dalam dan ke luar kawasan," tambahnya.

Sumber gambar, JUNG YEON-JE/AFP

Keterangan gambar,

Seorang petugas kesehatan di kota Daegu, Korsel.

'Tidak keluar rumah'

Sementara itu, sebagian WNI yang tinggal di Daegu, pusat penyebaran virus di Korea Selatan, memilih untuk tidak keluar rumah, termasuk seorang mahasiswa S2 di Daegu, Desvinta Ayu.

Ia mengatakan sejak seminggu belakangan ia hanya diam di apartemennya, kecuali jika dia harus membeli makanan di supermarket.

"Kegiatannya dilakukan di rumah saja, nggak keluar. Nggak berani naik bus, naik subway, nggak mau pergi jauh-jauh," ujarnya.

Ia menambahkan sudah membeli stok makanan yang cukup untuk beberapa hari ke depan.

Kegiatan perkuliahannya sendiri sedang libur musim dingin.

Namun, jadwal masuk kuliah para mahasiswa, yang harusnya jatuh di awal Maret, kata Desvinta, telah ditunda hingga pertengahan Maret.

Sumber gambar, EPA

Keterangan gambar,

Menteri Keuangan Hong Nam-ki (kanan) dan para menteri lain mendengarkan PM Chung Sye-kyun melalui sambungan telepon dalam pertemuan tentang virus corona Rabu (26/02).

Yang kini dilakukannya, kata Desvinta, adalah menghabiskan waktu dengan menonton drama Korea dan berkomunikasi dengan teman-temannya via ponsel.

"(Kami) sharing keadaan. Apa (teman-teman) sudah makan dan apa semua sehat? Kemudian kami saling update perkembangan di sini," katanya.

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar,

Staf kesehatan di Korea Selatan menyemprotkan desinfektan.

Daegu adalah kota terbesar keempat di Korea Selatan yang dilaporkan menjadi pusat penyebaran virus corona.

Setidaknya 12 orang meninggal dunia sementara lebih dari 1.100 orang dilaporkan telah terinfeksi virus ini.

Di Korea Selatan sendiri, terdapat lebih dari 37.000 WNI.

South Korea sees sharp rise in infections. .  .

'Pabrik diliburkan'

Seorang WNI yang bekerja di pabrik tekstil di Daegu, Yudi Santoso, mengatakan ia dan sebagian karyawan di perusahaannya, sudah diliburkan untuk dua minggu ke depan.

"Mungkin permintaan (barang) dari masyarakat berkurang, jadi produksi (pabriknya) agak berkurang. Jadi diliburkan untuk sementara," ujarnya.

Sementara waktu ini, Yudi mengatakan, ia menghabiskan waktunya di rumah atau di masjid tempat biasanya WNI berkumpul.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Cabang gereja Shincheongji di Daegu diduga menjadi tempat virus corona menyebar.

Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi, mengatakan sejumlah pabrik di Daegu saat ini tidak beroperasi normal.

"Karena supply chain-nya terganggu... Yang di Wuhan kan banyak pabrik-pabrik dari Korea, atau yang supply-nya berasal dari Korea, sehingga pabrik ada yang jalannya 50 persen, 70 persen, tidak full," ujar Umar.

Umar menjelaskan lebih lanjut, status darurat atau 'Red Alert' virus Corona di Korea Selatan mengharuskan suatu pabrik diliburkan jika terdapat satu karyawannya yang diduga terinfeksi virus corona.

Sumber gambar, AFP

Keterangan gambar,

Penumpang di stasiun kereta di Daegu.

Perlukah dievakuasi?

Umar mengatakan belum ada rencana dari pemerintah Korea Selatan untuk melakukan lockdown atau penutupan akses di Daegu.

Sementara itu, kebijakan evakuasi, katanya, ada di tangan pemerintah pusat Korsel.

"Semua skenario (evakuasi) sudah kita exercise (lakukan). Persiapan-persiapan kita jalankan terus. Namun, keputusan evakuasi ada di pemerintah pusat. Harus betul-betul dihitung apa kalau dievakuasi itu langkah paling baik, dan sebagainya," ujarnya.

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar,

Kawasan pusat Kota Daegu di Korsel sepi setelah jumlah kasus baru Covid-19 bertambah drastis.

Mahasiswa pasca sarjana di Daegu asal Depok, Jawa Barat, Desvinta Ayu, berpendapat evakuasi belum perlu dilakukan.

"Kami merasa baik-baik saja sampai sejauh ini. Kayaknya tidak akan sampai evakuasi karena pemerintah Korea Selatan juga sangat baik untuk mengatasi virus ini," ujarnya.

'Angka covid-19 akan bertambah'

Dubes Indonesia untuk Korea Selatan, Umar mengatakan sejauh ini pemerintah Korea Selatan terlihat cepat dan sigap dalam upaya membendung penyebaran virus corona.

Pemerintah Korea Selatan telah mengetahui sumber penyebaran virus itu dan berusaha membendungnya.

Sekitar 68% kasus di Korea Selatan terkait dengan sebuah sekte yang disebut Shincheonji Church of Jesus, yang terletak di Daegu, seperti diberitakan Reuters.

Sumber gambar, AFP

Keterangan gambar,

Rumah Sakit Daenam di Cheongdo memindahkan sejumlah pasien mereka ke rumah sakit lain.

Otoritas kesehatan Korea Selatan telah berencana memeriksa kesehatan lebih dari 200.000 anggota gereja itu untuk menekan penyebaran virus.

"Sudah dikatakan bahwa dalam beberapa hari ke depan angka (orang yang terinfeksi virus corona) akan nambah karena yang diperiksa memang orang yang sudah diduga terinfeksi," ujar Umar.

Sebelumnya, kata Umar, orang-orang yang sakit hanya memeriksakan diri secara sukarela ke dokter, tapi kini pemeriksaan itu sifatnya wajib.

'Hindari tempat ramai'

Meski angka orang yang terinfeksi virus corona diduga akan meningkat, Umar meminta WNI di Korea Selatan untuk tidak panik.

Ia mengimbau WNI untuk tetap menjaga kesehatan dan kebersihan juga menaati arahan otoritas setempat.

Sumber gambar, AFP

Keterangan gambar,

Kota Daegu Korea Selatan mengalami peningkatan infeksi terbesar

WNI yang tinggal di Daegu, khususnya, diminta menghindari tempat-tempat keramaian, sebagaimana sebelumnya diimbau oleh pemerintah Korea Selatan.

"(Diimbau) tidak kumpul-kumpul, di Daegu sudah sangat spesifik. Polisi di Daegu punya kewenangan untuk membubarkan (kumpulan orang)," ujarnya.

KBRI sudah mendirikan 'Satgas Waspada' yang berkomunikasi rutin dengan WNI terkait dengan kondisi mereka, ujar Umar.

Sebelumnya, KBRI telah menyumbangkan ribuan masker untuk WNI di Daegu karena kelangkaan masker di kota itu.