Keluarga benarkan kabar kematian petarung ISIS asal Indonesia

Pejuang ISIS

Sumber gambar, AFP

Keterangan gambar,

ISIS pertama kali muncul di Irak pada 2013 kemudian menguasai sejumlah kota di Suriah.

Salim Mubarok At-tamimi alias Abu Jandal Al Yemeni Al Indonesi, 39 tahun, anggota kelompok yang menyebut dirinya Negara Islam atau ISIS terbunuh dalam pertempuran di Mosul, Irak.

"Iya benar meninggal," kata kakak Salim, Yayak Fauziah Fauzi, Rabu (09/11).

Kabar ini diterima keluarga Salim Selasa, (08/11). Namun yayak menolak menjelaskan dari mana informasi itu dan siapa yang menyampaikan kepada pihak keluarga. Dia hanya memastikan informasi diperoleh melalui temannya.

Sebelumnya, berulang kali Salim dikabarkan tewas dalam sebuah pertempuran. Bahkan kabar tersebut disertai dengan foto orang yang menyerupai Salim.

Informasi kematian Salim berseliweran di sosial media sejak setahun lalu. Namun pihak keluarga tak yakin. Kali ini Fauziah memastikan bahwa Salim terbunuh dalam pertempuran dengan militer Irak di Mosul.

"Di rumahnya di sana banyak yang melayat," kata Fauziah.

Fauziah menerima wartawan di depan pintu pagar rumahnya. Wartawan tak diizinkan masuk ke dalam rumah bercat putih di Gadingrejo, Kota Pasuruan. Sejumlah warga setempat tampak berkerumun di rumah tersebut.

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca
Podcast
Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Tak ada aktivitas doa untuk mendiang Salim meski tampak sejumlah orang tampak berjajar di depan pintu rumah.

Fauziah mengaku kehilangan kontak dengan Salim sejak 10 tahun lalu setelah berpindah ke Malang.

Salim tinggal bersama istri dan keenam anaknya di Malang. Salim menyewa rumah dan sering berpindah-pindah.

Sejak dua tahun lalu, Salim memboyong seluruh keluarganya ke Suriah. "Sejak itu tak ada kabar sama sekali," katanya.

Fauziah menolak direkam dan difoto saat memberikan keterangan. Dia didampingi adiknya Mubarak. Namun, dia hanya memberikan keterangan sepotong-potong dan menghindar saat diminta menjelaskan detail latar belakang Salim.

Salim, lelaki kelahiran 25 Agustus 1975 ini merupakan anak pasangan Mubarok dengan Faridah.

Fauziah memastikan jika jenazah Salim tak akan dibawa ke Pasuruan karena Salim telah dimakamkan di Irak. Selama menetap di Suriah dan Irak, kata Fauziah, Salim tak pernah menghubungi dan memberi kabar kepada ibunya Faridah. "Tiba-tiba dapat kabar meninggal," katanya.

Fauziah mengaku tak mengetahui kondisi anak dan istri Salim setelah meninggal, apakah tetap di sana atau kembali ke Pasuruan.

Faridah, kata Fauziah, syok dan tertekan setelah mengetahui kabar Salim terbunuh dalam pertempuran di Mosul, Irak.

Keberadaan Salim

Kepolisian Resor Pasuruan Kota tengah mengumpulkan keterangan dan bukti atas kematian Salim tersebut. Sejumlah polisi tampak beberapa kali mendatangi rumah Salim dan menemui keluarganya.

Kepala Kepolisian Resor Pasuruan Kota, Ajun Komisaris Besar Yong Ferrydjon mengaku tengah menurunkan anak buahnya untuk mendalami perkara tersebut.

"Kami tak berani berspekulasi, ini masalah nyawa," kata Yong Ferrydjon. Dia mengaku tengah mendalami kematian Salim tersebut ke institusi yang berwenang namun dia tak menunjuk institusi yang dimaksudkan.

Meski Salim lama tinggal di Pasuruan tak ada catatan maupun sikap Salim yang menunjukkan terlibat organisasi radikal.

Selama di Pasuruan Salim bekerja menjual susu keliling. Diduga Salim berubah radikal setelah berpindah ke Malang. Namun, tak ada informasi bagaimana Salim terlibat dalam gerakan radikalisme.