Mabes Polri, 38 orang WNI diduga terlibat serangan Marawi Filipina

Marawi

Sumber gambar, TED ALJIBE/AFP/Getty Images

Keterangan gambar,

Tentara Filipina tengah mengevakuasi warga di Marawi pada 31 Mei 2017 lalu.

Kepolisian Indonesia menyebutkan 38 WNI diduga terlibat dalam aksi serangan oleh pemberontak Maute di Marawi Filipina Selatan, empat orang diantaranya tewas.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan satu orang diantara puluhan orang WNI tersebut merupakan perempuan, enam orang diantaranya dipulangkan otoritas Filipina dan enam lainnya dideportasi.

"Mereka (yang sudah berada di Indonesia) masih dimintai keterangan oleh Densus 88, dan kita juga punya profiling dan data apakah yang bersangkutan itu terkait dengan terorisme atau tidak," jelas Setyo kepada BBC Indonesia.

Selain itu, Setyo mengatakan masih ada 22 orang masih berada di dalam Marawi.

"Kemungkinan besar mereka ikut berperang di situ, kita masih selidiki WNI ini berasal dari kelompok mana dan jalur yang membawa mereka ke Filipina, apakah Maute atau Isnilo Hapilon," jelas Setyo.

Isnilon dikenal juga sebagai Abu Abdullah al Filipini, yang merupakan mantan pemimpin kelompok Abu Sayyaf, yang dilaporkan telah bersumpah setia kepada pemimpin ISIS Abu Bakar al Baghdadi dan disebut sebagai pemimpin pasukan ISIS di Filipina.

Sumber gambar, TED ALJIBE/AFP/Getty Images

Keterangan gambar,

Tentara Filipina menunjukkan sejumlah barang bukti yang ditemukan di Marawi, antara lain bendera ISIS.

Direktur bidang pencegahan BNPT, Brigjen Hamidin mengatakan jalur keberangkatan para WNI ke Marawi masih diselidiki.

"Berangkatnya ada yang langsung, ada yang tidak langsung melalui di Malaysia mereka direktur oleh kelompok Muhammad Wandi Muhammad Zedi dan Dr Mahmud Ahmad mereka merekrut dan memberangkatkan (ke Filipina), disinyalir Mahmud Ahmad itu sudah berada di sana, bersama dengan orang Indonesia yang namanya Aiman Marzuki " jelas Hamidin.

Hamidin mengatakan sedang diidentifikasi bersama dengan otoritas Malaysia.

"Tidak mudah mengidentifikasi mereka, karena nama-nama mereka selalu berganti," jelas Hamidin.

Sumber gambar, TED ALJIBE/AFP/Getty Images

Keterangan gambar,

Seprang polisi Filipina tengah salat di sebuah bangunan yang jendelanya tertembak peluru.

Sumber gambar, TED ALJIBE/AFP/Getty Images

Keterangan gambar,

Tentara Filipina melakukan pengeboman di lokasi yang diduga diduduki pemberontak Maute.

Sebelumnya Kepolisian Nasional Filipina merilis sejumlah nama WNI yang diduga terlibat kasus penyerangan di Marawi, diantaranya adalah Anggara Suprayogi, Yayat Hidayat Tarli, Al Ikhwan Yushel, Yoki Pratama Windyarto, Mochammad Jaelani Firdaus, dan Muhammad Gufron. Sedangkan identitas salah satu WNI yang tewas sebagai Muhammad Ilham Syahputra.

Sementara itu, 17 WNI lainnya yang sempat terjebak di Marawi ketika berdakwah di daerah tersebut telah evakuasi dan akan dipulangkan ke Indonesia.

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal mengatakan 17 WNI ini melakukan dakwah selama 40 hari, dan menurut aparat keamanan Filipina mereka tidak mempunyai misi lain di negara tersebut.

Menurut laporan media lokal, sebagai upaya pencegahan dampak serangan di Marawi oleh pendukung ISIS, TNI memperketat wilayah perbatasan terutama yang berbatasan dengan wilayah Filipina.