Kabut asap dikhawatirkan akan ganggu pesta olahraga Asian Games di Palembang

kebakaran, hutan, pemadaman, water bombing

Sumber gambar, NOVA WAHYUDI/Antara Foto

Keterangan gambar,

Petugas memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Pedamaran Induk, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.

Ancaman asap membayangi perhelatan Asian Games 2018 di Palembang pada bulan depan, dipicu oleh munculnya titik-titik di Sumatera dan Kalimantan.

Pada Kamis (19/07), kebakaran lahan dilaporkan terjadi di dua kabupaten di Sumatera Selatan, yakni Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir, yang berdekatan dengan arena Asian Games.

Sementara puluhan titik panas terdeteksi di wilayah tetangga, Riau dan Jambi.

Namun juru bicara BMKG memperkirakan bahwa ancaman asap "tidak akan signifikan" memengaruhi Asian Games karena ada potensi turun hujan di bulan Agustus.

Sementara itu aparat dipandang semakin gencar melakukan pencegahan kebakaran hutan dan lahan, di bawah ancaman Presiden Joko Widodo untuk mencopot jajaran TNI dan kepolisian yang tidak bisa menangani masalah tersebut—meski penegakan hukum masih berfokus pada pelaku perseorangan, bukan perusahaan yang bertanggung jawab.

Pada Kamis (19/07), BMKG mendeteksi 87 titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi (81-100%) di Sumatera dan Kalimantan.

Salah satu lokasi kebakaran adalah Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, tepatnya di Kecamatan Indralaya.

Menurut wartawan di lokasi, Berry Supriadi, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, lahan yang terbakar seluas 0,25 hektare.

Sebagian besar lahan yang terbakar merupakan rawa gambut. Sebelumnya, sejumlah laporan menyebut kebakaran di lahan seluas 300 hektare di Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Jika kebakaran terus terjadi sampai Agustus, perhelatan Asian Games akan terganggu karena lokasi tersebut hanya berjarak 15 km dari kompleks Jakabaring, salah satu tempat diselenggarakannya ajang bergengsi itu.

Asian Games, mural

Sumber gambar, MUHAMMAD ADIMAJA/Antara Foto

Keterangan gambar,

Akankah perhelatan Asian Games terganggu oleh asap?

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca
Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Namun demikian, juru bicara BMKG Hary Tirto mengatakan bahwa kemarau pada tahun 2018 tergolong normal dan karena itu "tidak akan signifikan dalam hal penyelenggaraan Asian Games".

Menurut Hary, jumlah titik panas berfluktuasi setiap hari, dan tidak bisa diprediksi. Tapi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan pada tahun 2018 akan lebih sedikit.

"Tidak akan seperti tahun 2015 karena pola musimnya juga berbeda. 2015 itu tahun kering, 2018 itu tahun normal," ungkapnya kepada BBC News Indonesia.

Hary menambahkan bahwa potensi hujan diharapkan bisa meminimalisir titik panas.

"Untuk bulan Agustus potensi hujan ada di Sumatera bagian tengah sampai utara. Itu potensi hujannya lebih besar dari bagian Selatan, (yakni) Sumatera Selatan dan Lampung.

"Jadi sebagai gambaran, intensitas hujan dalam kisaran 100-300 mm per bulan itu ada di Sumatera bagian tengah hingga utara, sementara yang lebih besar curah hujannya di atas 300 mm per bulan itu berpotensi di Aceh, Sumatera Utara, Riau bagian timur, Kalimantan, Sumatera Barat, dan Papua," tuturnya.

Upaya semakin gencar

Bagaimanapun, aparat di lapangan mengaku semakin gencar dalam upaya menangani kebakaran hutan dan lahan menjelang Asian Games. Kapolres Ogan Ilir, AKBP Ghazali Ahmad, mengatakan pihaknya telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) untuk menanggulangi masalah tahunan ini.

"Untuk Satgas internal Polres Ogan Ilir, kita menurunkan 75 personel yang kita siagakan untuk mengantisipasi kejadian-kejadian kebakaran hutan dan lahan. Di samping itu, tugas Satgas ini juga selalu menghimbau kepada masyarakat secara persuasif agar tidak membuka lahan maupun kebun dengan cara membakar," kata Ghazali.

Selain itu, Ghazali menambahkan, Satgas juga memanfaatkan grup WhatsApp untuk mempercepat penyampaian informasi.

"Semua personel bisa memonitor, jadi kita secepat mungkin bisa menangani titik api."

Jokowi, Joko, Widodo

Sumber gambar, Setkab

Keterangan gambar,

Presiden Joko Widodo mengancam untuk mencopot jajaran TNI dan kepolisian yang tidak bisa menangani kebakaran hutan dan lahan.

Presiden Joko Widodo telah mengancam untuk mencopot jajaran TNI dan kepolisian yang tidak bisa menangani kebakaran hutan dan lahan.

Presiden menuturkan "aturan main" ini berlaku bagi Kapolda, Kapolres, serta Pengdam dan Danrem di masing-masing daerah.

Ketika ditanya apakah dirinya khawatir akan ancaman tersebut, AKBP Ghazali Ahmad menjawab, "Ya khawatir juga. Namun kita coba. Semuanya kita maksimalkan, baik secara lahir batin kita coba memberikan yang terbaik lah. Bukan karena ancaman, tidak."

Direktur Walhi Sumatera Selatan, Muhammad Hairul Sobri, menilai bahwa ancaman Presiden Jokowi membuat aparat di lapangan semakin serius menangani kebakaran hutan dan lahan.

Namun demikian, ia menyayangkan bahwa penegakan hukum baru berfokus pada masyarakat yang menjadi pelaku pembakaran.

"Pemerintah itu sekadar mencari pelaku pembakaran, sampai ada statement 'tembak di tempat pelaku pembakaran' ... tapi negara ini lemah dalam mendorong penegakan hukum terhadap perusahaan pelaku kebakaran," ujarnya.

pembakaran hutan, pembersihan lahan

Sumber gambar, SYIFA YULINNAS/Antara Foto

Keterangan gambar,

Eep dari Walhi berpendapat bahwa negara masih lemah dalam penegakan hukum terhadap perusahaan yang bertanggung jawab atas kebakaran lahan.

Hairul, yang biasa dipanggil dengan julukan Eep, menyoroti bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kebakaran hutan paling besar selalu berada di area konsesi perusahaan.

"Dan di Sumatera Selatan ini, hampir seluruh lahan gambut dalam sudah dibebankan dengan izin perusahaan," tambahnya.

Di Sumatera Selatan, baru dua perusahaan yang diwajibkan membayar ganti rugi atas kebakaran hutan dan lahan, yakni PT BMH sebesar Rp78,5 miliar dan PT WAJ sebesar Rp466,5 miliar - meski Eep menilai sanksi ini jauh lebih kecil dari kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.

Eep juga berpendapat, imbauan polisi dan TNI kepada masyarakat agar tidak melakukan pembakaran seharusnya diimbangi dengan semacam kompensasi. Itu karena sebagian masyarakat masih mengikuti tradisi membersihkan lahan dengan cara membakar.

"Misalnya di setiap desa itu disediakan alat untuk pembersihan lahan (land clearing)," ujarnya.

Dalam ajang Asian Games di Palembang, yang dimulai pada 18 Agustus mendatang, sejumlah cabang olahraga akan diperlombakan, sebagian di antaranya di luar ruangan.

Eep mengatakan, menjelang kompetisi olahraga bergengsi itu, hampir setiap menit helikopter mondar-mandir untuk melakukan water bombing.

"Jadi setiap ada api kecil maupun api besar, mereka selalu keliling untuk mencari titik-titik api," tuturnya.