Tsunami terjang Selat Sunda, korban diperkirakan terus bertambah

Sumber gambar, BNPB
Tsunami menerjang beberapa wilayah pantai di Selat Sunda
Tsunami menerjang beberapa wilayah pantai di Selat Sunda, di antaranya di pantai di Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan pada Sabtu (22/12) malam.
Sebelumnya sempat terjadi kesimpang-siuran tentang apa yang terjadi.
Hingga Minggu pagi, (Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB) mencatat terdapat 43 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka dan dua orang hilang (berkembang menjadi lebih dari 200 orang di sore hari).
Sementara, kerugian fisik meliputi 430 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, 10 kapal rusak berat dan puluhan rusak.
"Pendataan masih dilakukan. Kemungkinan data korban dan kerusakan akan bertambah," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan persnya, Minggu (23/12) pagi.
Adapun jumlah pengungsi masih dalam pendataan.
Pandeglang adalah daerah yang paling parah terdampak tsunami.
Mulanya, pada Sabtu (22/12) pukul 21.30 WIB, air laut naik hingga ketinggian sekitar satu meter menerjang bangunan di sekitar bibir pantai Anyer dan Lampung Selatan.
Angin kencang juga berhembus.
Pada mulanya, baik Badan Nasional penanggulangan Bencana (BNPB) maupun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut peristiwa gelombang air pasang sebagai dampak dari fenomena bulan purnama, kendati sebelumnya sudah ada media yang memberitakannya sebagai tsunami.
Namun kemudian, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meralatnya melalui keterangan pers. Mereka lalu menyampaikan resmi bahwa memang telah terjadi tsunami yang menerjang beberapa wilayah pantai di Selat Sunda.
"Berdasarkan rekaman seismik dan laporan masyarakat, peristiwa (tsunami) ini tidak disebabkan oleh aktivitas gempa bumi tektonik namun sensor Cigeulis (CGJI) mencatat adanya aktivitas seismik," ujar Dwikora.
Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu
Episode
Akhir dari Podcast
Dwikora menambahkan tsunami kemungkinan terjadi akibat longsor bawah laut karena pengaruh dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Pada saat bersamaan terjadi gelombang pasang akibat pengaruh bulan purnama. Jadi ada kombinasi antara fenomena alam yaitu tsunami dan gelombang pasang.
Badan Geologi mendeteksi pada pukul 21.03 WIB Gunung Anak Krakatau erupsi kembali dan menyebabkan peralatan seismograf setempat rusak. Namun seismik Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus menerus.
Material sedimen di sekitar Anak Gunung Krakatau di bawah laut diperkirakan longsor sehingga memicu tsunami.
BMKG masih berkoordinasi dengan Badan Geologi untuk memastikan faktor penyebabnya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menambahkan fenomena tsunami di Selat Sunda termasuk langka.
"Letusan Gunung Anak Krakatau juga tidak besar. Tremor menerus namun tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigakan. Tidak ada gempa yang memicu tsunami saat itu. Itulah sulitnya menentukan penyebab tsunami di awal kejadian," jelasnya.
Sementara itu dampak tsunami menyebabkan korban jiwa dan kerusakan.
Sumber gambar, ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/af/pras.
Sejumlah warga mengungsi ke Masjid Jami Al-Mu'min di Kampung Laba, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten, Sabtu (22/12) malam.
Sutopo memaparkan, jumlah korban tersebut terdapat di tiga wilayah yaitu, di Kabupaten Padenglang, Lampung Selatan dan Serang.
Di Kabupaten Pandeglang tercatat 33 orang meninggal dunia, 491 orang luka-luka, 400 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, dan 10 kapal rusak berat.
Daerah yang terdampak adalah permukiman dan kawasan wisata di sepanjang Pantai seperti Pantai Tanjung Lesung, Sumur, Teluk Lada, Penimbang dan Carita.
"Saat kejadian banyak wisatawan berkunjung di pantai sepanjang Pandeglang," ujar Sutopo.
Di Kabupaten Pandeglang daerah yang terdampak terdapat di Kecamatan Carita, Panimbang dan Sumur.
"Daerah yang terdampak parah adalah permukiman dan wisata di Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang, dan Pantai Carita," papar Sutopo.
Di Kabupaten Lampung Selatan terdapat tujuh orang meninggal dunia, 89 orang luka-luka dan 30 unit rumah rusak berat. .
Sedangkan di Kabupaten Serang terdapat tiga orang meninggal dunia, empat orang luka, dan dua orang hilang.
"Penanganan darurat masih terus dilakukan oleh BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, Tagana, PMI, relawan dan masyarakat. Bantuan logistik disalurkan," ungkapnya.
Sementara, kerugian fisik meliputi 430 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, 10 kapal rusak berat dan puluhan rusak.