'Biasanya asapnya tipis-tipis, ini kok tebal: saya sudah tua, tak mau ambil risiko..."
Silvano Hajid, BBC News Indonesia, dari Kalianda, Lampung Selatan
Badarudin, warga Pulau Sebesi yang sudah bermalam di pengungsian, menceritakan pengalamannya dengan Gunung Anak Krakatau.
Dia tinggal di pulau Sebesi sejak 1969.
"Baru kali ini gunung itu (meletus) kenceng. Biasanya asapnya tipis-tipis, ini kok tebal, saya yang tua ini tidak mau ambil risiko, dan harus mau mengungsi," kata Badarudin.
BBCCopyright: BBC
Badarudin: "Mereka bisa lari ke bukit. Tapi saya yang renta ini tak bisa lari jauh-jauh di pulau itu: mau lari ke mana lagi?" kata Badarudin.Image caption: Badarudin: "Mereka bisa lari ke bukit. Tapi saya yang renta ini tak bisa lari jauh-jauh di pulau itu: mau lari ke mana lagi?" kata Badarudin.
Hujan abu yang menyelimuti Pulau Sebesi, membuat mata Badarudin terluka. Di pengungsian ia sempat mendapatkan perawatan dari tim medis.
Pada awalnya keluarga tidak mau pergi dari pulau itu, namun ia bersikeras untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
"Sempat debat sama keluarga. Mereka masih merasa aman, karena bisa lari ke bukit. Tapi saya yang renta ini tak bisa lari jauh-jauh di pulau itu: mau lari ke mana lagi?" kata Badarudin.
bbcCopyright: bbc
Lebih dari seribu warga Sebesi mengungsi, namun masih ada ratusan yang bertahan.Image caption: Lebih dari seribu warga Sebesi mengungsi, namun masih ada ratusan yang bertahan.
Selama beberapa hari, matahari tak terlihat: siang menjadi seperti malam.
Letusan masif Krakatau tahun 1883 itu melontarkan abu dan asap dalam jumlah besar ke atmosfer, dan dampaknya di beberapa tempat di dunia, adalah matahari terbenam yang memerahkan langit.
Karena debu vulkanik menutupi permukaan Bumi, maka cahaya matahari tak bisa menembus, sehingga suhu Bumi menjadi turun.
SSPL/GETTY IMAGESCopyright: SSPL/GETTY IMAGES
Letusan Krakatau pada 27 Agustus 1883 terjadi pertama pada jam 05.30 pagi, dan berlangsung selama 4,5 jam, lewat empat letusan besar yang sangat kuat.
Letusan terakhir mengeluarkan suara paling keras yang pernah tercatat di planet Bumi ini.
Ratusan desa di Jawa dan Sumatera pun diterjang tsunami, dan bongkahan terumbu karang seberat 600 ton sampai naik ke permukaan.
Materi yang dikeluarkan oleh Krakatau terlontar begitu tingginya sampai menyebar dan menutupi ujung barat Jawa dan selatan Sumatera hingga ratusan kilometer dan menyebabkan kegelapan yang sulit untuk ditembus.
Alhasil selama beberapa hari, cahaya matahari tak terlihat: siang pun menjadi seperti malam.
Tidak ada matahari di Pulau Sebesi
Silvano Hajid, BBC News Indonesia, dari Kalianda, Lampung Selatan
"Tidak ada matahari di Pulau Sebesi. Pulau itu jadi gelap, kami ketakutan karena setiap hari mendengar suara gemuruh yang begitu kuat," kata Wasis dari Badan Permusyawaratan Desa Pulau Sebesi.
Di pulau kelabu itu, Wasis dan seribuan orang lainnya tidak punya banyak pilihan, ketakutan menyelimuti seisi pulau. Kini mereka berada di di posko pengungsi di GOR Kalianda, Lampung Selatan.
BBCCopyright: BBC
Wasis sewring mendengar suara gemuruh, yang membuatnya bersama ratusan lain, merasa ketakutan.Image caption: Wasis sewring mendengar suara gemuruh, yang membuatnya bersama ratusan lain, merasa ketakutan.
"Jika masih tinggal di pesisir, kami takut tsunami datang lagi, kalau lari ke hutan (bukit) suara gemuruh itu terasa kencang sekali, dan getaran dari erupsi (Gunung Anak Krakatau) sangat kami rasakan, itu yang buat kami takut, dan akhirnya harus mau dievakuasi," jelas Wasis.
BBCCopyright: BBC
Para pengungsi pulau Sebesi, di tempat penampungan di GOR Kalianda, Lampung SelatanImage caption: Para pengungsi pulau Sebesi, di tempat penampungan di GOR Kalianda, Lampung Selatan
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung Selatan, sebanyak 1.386 warga Pulau Sebesi sudah dievakuasi, dan saat ini mengungsi di Gedung Olahraga Kota Kalianda.
Tetapi, menurut Wasis setidaknya hingga Kamis (27/12) masih ada sekitar 40 kepala keluarga yang bertahan di pulau itu.
"Mereka yang masih tinggal (di Pulau Sebesi) sudah dibujuk, belum mau mengungsi. Mereka bilang mau menjaga harta benda, termasuk ternak di sana" kata Wasis.
Mengapa gunung berapi bisa begitu dahsyat pengaruhnya?
"Selalu ada sesuatu yang baru untuk dipelajari dari gunung api," kata David Pyle, profesor ilmu bumi di Universitas Oxford. "Sekitar 600 gunung api telah meletus dalam 200 tahun terakhir, dan 1.500 gunung api lain bisa meletus dalam beberapa dekade ke depan."
"Tapi kita tidak pernah cukup pintar untuk mengetahui apa yang selanjutnya akan dilakukan gunung api. Letusan gunung api paling mematikan selalu berasal dari gunung api tidur."
ARCTIC-IMAGESCopyright: ARCTIC-IMAGES
Karakatau memasuki tahap baru yang mematikan?
Gunung Anak Krakatau kini sedang memasuki fase baru dan mematikan, kata seorang ahli vulkanologi asal California, Jess Phoenix.
Ia menyimpulkan hal itu setelah melihat gambar-gambar erupsi dan menganalisis lini masa letusan gunung Krakatau.
Bila dibandingkan dengan bulan Juli, foto pada September ini jauh berbeda.Image caption: Bila dibandingkan dengan bulan Juli, foto pada September ini jauh berbeda.
Anak Krakatau makin aktif, status ditingkatkan jadi 'Siaga'
Getty ImagesCopyright: Getty Images
Status Gunung Anak Krakatau telah ditingkatkan dari Waspada menjadi Siaga mulai Kamis (27/12) pagi, setelah aktivitas vulkaniknya 'terus meningkat'.
"Sehubungan dengan tingkat aktivitas Level III (Siaga) tersebut, masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah. Saat hujan abu turun, masyarakat diminta untuk mengenakan masker dan kacamata bila beraktivitas di luar rumah," kata Sekretaris Badan Geologi Antonius Ratdomopurbo dalam konferensi pers di Gedung Kementerian ESDM Jakarta, Kamis pagi (27/12).
Ratdomopurbo menyampaikan, peningkatan status ini didasarkan pada hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 27 Desember 2018 pukul 05:00 WIB, lapor wartawan BBC News Indonesia, Pijar Anugerah, yang menghadiri jumpa pers itu.
Ia menyebutkan, terjadi pula hujan abu vulkanik di beberapa wilayah, yakni di Cilegon, Anyer dan Serang. Tim Tanggap Darurat PVMBG telah melakukan cek lapangan, untuk mengkonfirmasikan kejadian tersebut dan melakukan sampling terhadap abu vulkanik yang jatuh.
Hujan abu vulkanik mengakibatkan pula terganggunya lalu lintas udara. BErbagai penerbangan mengalami pengalihan jalur.
Dentuman-dentuman keras terdengar di seantero Anyer
Ayomi Amindoni, BBC News Indonesia
Dentuman misterius di beberapa lokasi, yang diduga bersumber dari erupsi Gunung Anak Krakatau ramai diperbincangkan di dunia maya. Namun seberapa jauh warga bisa percaya atau tidak percaya, mengingat yang dipertaruhkan adalah jiwa manusia?
ANTARA FOTO/BISNIS INDONESIA/NURUL HIDAYATCopyright: ANTARA FOTO/BISNIS INDONESIA/NURUL HIDAYAT
Suara sangat keras ini terdengar hingga di wilayah Anyer dan sekitarnya. Bahkan dilaporkan, kaca beberapa bangunan ikut bergetar. Dentuman dahsyat terdengar oleh warga yang tinggal di pesisir Selat Sunda, Rabu (26/12) pagi, dan diduga berasal dari Gunung Anak Krakatau.
"Betul, suara dentuman atau gemuruh tersebut berasal dari aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau," ujar Kristianto, Kasubdit Mitigasi Bencana Geologi wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM.
Kristianto membenarkan bahwa hingga kini gunung tersebut memang masih terus mengalami erupsi.
"Kalau potensi besarnya, kita masih melihat dalam beberapa hari ini masih sama. Itu terlihat dari rekaman seismograf kita bahwa amplitudo tremornya masih sekitar antara 30mm," imbuhnya kemudian.
Erupsi Gunung Anak Krakatau dilihat dari Kalianda, Lampung
Video content
Video caption: Erupsi Gunung Anak Krakatau dilihat dari pos pemantauan di Kalianda, Lampung, Rabu (26/12).
Jarak pos pemantauan dengan Gunung Anak Krakatau sejauh 40km. Ketinggian asap erupsi mencapai 700 hingga 1800m, lebih tinggi dari hari-hari sebelumnya.Erupsi Gunung Anak Krakatau dilihat dari pos pemantauan di Kalianda, Lampung, Rabu (26/12).
Jarak pos pemantauan dengan Gunung Anak Krakatau sejauh 40km. Ketinggian asap erupsi mencapai 700 hingga 1800m, lebih tinggi dari hari-hari sebelumnya.
Gunung Anak Krakatau Erupsi Sejak Mei 2018
Silvano Hajid dari Kalianda, Lampuing
Asap hitam tebal membumbung hingga ketinggian 1800 meter, di atas Gunung Anak Krakatau, Rabu siang (26/12) itu.
Awan panas terlihat meluncur ke laut dari Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau, di Kecamatan Kalianda, Lampung.
Pada 2018 ini, erupsi besar Gunung Anak Krakatau terjadi sejak bulan Mei, kata Suwarno, petugas Pengamatan Gunung Api, dari Badan Geologi, Kementerian ESDM.
"Sejak Mei, setiap harinya erupsi bisa terjadi sampai 600 kali. Namun adakalanya hanya sekali, dan bahkan tidak erupsi sama sekali," kata Suwarno sambil membawa teropongnya untuk mengamati gunung yang lambat laun mulai terlihat.
bbcCopyright: bbc
Suwarno telah mengamati gunung itu dalam empat tahun terakhir aktivitas erupsi meningkat.Image caption: Suwarno telah mengamati gunung itu dalam empat tahun terakhir aktivitas erupsi meningkat.
Jarak Pos Pengamatan gunung api di Kalianda, Lampung, dengan Gunung Anak Krakatau, sekitar 40 km. Ditambah mendung sejak pagi, akibatnya yang dapat terlihat dari jarak sejauh itu hanyalah asap letusan, kelabu hingga kehitaman.
Menurut Suwarno, asap itu lebih tinggi jika dibandingkan hari-hari sebelumnya. "Biasanya ketinggian asap putih hingga hitam tebal, antara 200 sampai 1800 meter. Hari ini dari 700 sampai 1800 meter. Dan asap kelabu hitam tebal arah condong ke timur," kata Suwarno.
BBCCopyright: BBC
Krakatau dari titik pengamatan di kalianda, Lampu, sekitar 40 km jauhnya.Image caption: Krakatau dari titik pengamatan di kalianda, Lampu, sekitar 40 km jauhnya.
Dia juga menambahkan, bahwa angin juga kemungkinan akan membawa abu vulkanik ke arah timur.
"Jika sampai ke daratan, akan mengakibatkan gangguan pernapasan hingga iritasi mata," katanya pula.
Sesekali tepian gunung terlihat dari kejauhan, kilatan petir juga beberapa kali menyambar, Namun gemuruh erupsi hampir setiap detik terdengar.
Dari pengamatannya, Suwarno menduga awan panas meluncur ke arah lautan.
"Ini kelihatannya agak landai lari ke laut. Kalau ukuran awan panas, karena landai, bisa sekitar 100 meter perdetik, dengan suhu diperkirakan 800 derajat celcius," tambah Suwarno.
Ada dua pos pengamatan yang memantau aktivitas gunung Anak Krakatau.
Yang pertama, di Kalianda, Lampung Selatan, ini. Ketinggiannya sekitar 100 mdpl. Dan yang kedua berada di Carita, Banten.
Celakanya, alat pencatat aktivitas gunung api rusak di pos pengamatan Kalianda ini rusak. Jadi data erupsi dalam angka hanya bisa diketahui lewat Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Carita, Banten.
Ada pun di Kalianda sini, Suwarno hanya mengandalkan sepasang matanya dalam mengamati aktivitas gunung.
Apa yang ia amati akan menjadi laporan pelengkap kepada pemerintah pusat.
Laporan lewat pengamatan mata dari 40 km.
Korban tewas jadi 430 orang -ada beberapa pencatatan ganda
Hingga Rabu (26/12) dipastikan setidaknya 430 orang tewas dan masih ada daerah yang terjangkau, khususnya di Kecamatan Sumur, Pandeglang, dan di Lampung Selatan.
Jumlah ini tak berbeda jauh dengan sehari sebelumnya, terutama karena sebelumnya ada beberapa pencatatan ganda untuk korban tewas.
"Karena ada kecamatan yang berada di perbatasan antara Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang, dan nama korban ada yang dicatat di dua kabupaten itu," kata Sutopo Purwo Nugrhoho, juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam jumpa pers terbaru.
Kehancuran di desa Sumber Jaya di Kecamatan Sumur. Di kecamatan ini masih ada desa yang belum tersentuh tim darurat.Image caption: Kehancuran di desa Sumber Jaya di Kecamatan Sumur. Di kecamatan ini masih ada desa yang belum tersentuh tim darurat.
Sutopo menyebutkan, selain 430 korban tewas BNPB juga mencatat 1.495 orang luka-luka, 159 orang hilang, dan 21.991 orang yang mengungsi di berbagai daerah.
Sutopo menjelaskan, tim gabungan juga terus melakukan operasi penyelamatan dan evakuasi.
"Saat ini, operasi SAR difokuskan di bagian selatan Pandeglang, khususnya kecamatan Sumur, sekitar Taman Nasional ujung Kulon, menggunakan jalur darat, jalur laut dengan beberapa KRI, dan jalur udara dengan 11 helikopter.
Yang utama adalah jalur udara dengan helikopter, karena jalur darat masih sulit, khususnya jalanan yang masih sulit diakses karena sejumlah jembatan yang putus.
Helikopter-helikopter itu dikerahkan untuk mengirim bantuan ke setidaknya tujuh desa di Kecamatan Sumur, selain melakukan penyelamatan bagi yang membutuhkan.
Tim gabungan mengangkut jenazah yang ditemukan di laut sekitar Tanjung Lesung, 25 December kemarin.Image caption: Tim gabungan mengangkut jenazah yang ditemukan di laut sekitar Tanjung Lesung, 25 December kemarin.
Suwari terseret bersama keluarga
Ada pula Suwari: rumahnya di desa Air Panas juga hancur. Memang antara rumahnya dan laut hanya terpisah dinding pemecah ombak.
Suwari mengaku terseret gelombang sejauh 20 meter hingga jalan raya.
BBCCopyright: BBC
Suwari tergulung ombak sampai 20 meter.Image caption: Suwari tergulung ombak sampai 20 meter.
Suwari, seorang pekerja lepas, mengaku sudah tinggal di rumah itu selama 50 tahun dan tak menyangka akan diterjang tsunami.
"Biasanya paling-paling ada air pasang, rumah terendam. Tapi kali ini beda," kata Suwari.
"Saat kejadian, saya lihat ombak itu sudah dua meter di depan saya. Saya langsung lari keluar lewat pintu dan menarik istri dan anak lewat jendela. Saya peluk mereka, dan gelombang kedua menyeret kami," kata Sumari.
Kini jendela dan pintu rumah itu sudah hanyut entah ke mana. Sementara sisa-sisa dindingnya bergeletakan.
BBCCopyright: BBC
Masuk hutan dan keluar karena kehabisan makanan
Silvano Hajid dari kawasan terdampak tsunami di Lampung
Selasa (25/12) pagi itu, Nursanah, 54, warga Desa Waymuli Timur, baru kembali ke rumah mereka yang hancur di pesisir pantai. Ia datang bersama suami, anak, menantu dan dua cucunya.
Mereka keluar setelah tidak ada lagi yang bisa dimakan di dalam hutan tempat mereka mengungsi.
"Hanya pakaian yang melekat di badan yang kami bawa, sesekali ada yang mengantarkan makanan ke atas, namun tidak cukup untuk kami," kata Nursanah kepada BBC Indonesia.
BBCCopyright: BBC
Nursanah dan seorang anaknya.Image caption: Nursanah dan seorang anaknya.
Jarak rumah mereka dari pantai hanya 10 meter. Saat tsunami menerjang merubuhkan rumah, nyawa mereka selamat setelah berhasil lari sekuat tenaga menuju gunung Rajabasa
Di sana mereka membangun tenda sementara di tengah hutan bersama puluhan orang lainnya.
BBCCopyright: BBC
Desa Waymuli yanag hancur, dengan latar gunung Rajabasa, tempat warga mengungsi.Image caption: Desa Waymuli yanag hancur, dengan latar gunung Rajabasa, tempat warga mengungsi.
Muka Nursanah masih terlihat memar akibat hantaman puing bangunan.
"Sempat juga kesetrum karena aliran listrik masih waktu air bah datang,"kata Nursanah.
Tidak jauh dari tempat Nursanah berdiri, rombongan pejabat pusat dan daerah yang berkunjung ke dapur umum yang memasak 2.000 porsi makanan setiap hari sejak Senin (24/12).
Kendati lebih tenang, namun keluarga Nursanah akan tetap kembali ke pengungsian di dalam hutan sore hari ini.
"Kami masih trauma, apalagi dengar gemuruh (gunung Anak) Krakatau setiap malam semenjak tsunami," tambah Nursanah.
Hampir 20 km seluruh kawasan pesisir Kecamatan Kalianda, mulai dari Desa Air Panas sampai Desa Waymuli menjadi korban hantaman tsunami.
Setidaknya 400 rumah rusak parah.
Bantuan kebutuhan darurat baru lancar didistribusikan pada Selasa (25/12) sesudah sejumlah mesin eskavator bisa memindahkan puing-puing bangunan yang memenuhi jalanan.
'Saya terguling-guling diterjang tsunami'
Rivan Dwiastono, BBC News Indonesia
Tak jauh dari Pos DVI, di ruang Unit Gawat Darurat, beberapa korban luka akibat tsunami terbaring lemah dengan sejumlah luka di tubuh mereka.
Yayat yang mengalami luka sobek di bagian pipi kiri dan memar di bagian paha, sudah cukup kuat untuk berjalan dan menghampiri anggota keluarganya yang lain, yang juga dirawat di sana setelah terseret ombak.
"Saya terguling-guling sampai jarak-eh-selama 70-80 detik," ujarnya sambil mengingat-ingat peristiwa naas itu.
"Sekitar saya sudah banyak sampah."
Ia dan lima anggota keluarganya tengah berada di Tanjung Lesung Beach Resort, Pandeglang, saat tsunami datang.
BBCCopyright: BBC
Yayat, masih terus mencari salah seorang keluarganya.Image caption: Yayat, masih terus mencari salah seorang keluarganya.
Yayat dan kakaknya adalah penyelenggara acara kumpul keluarga PLN yang juga menampilkan band Seventeen kala itu.
"Setelah Seventeen nyanyi lagu kedua, dia memperkenalkan personel, lalu panggung itu ambruk, itu langsung—tidak ada…," papar Yayat menggambarkan suasana panik saat gelombang menerjang.
Ia mengaku terseret hingga seratus meter ke area restoran.
Ia dan beberapa anggota keluarganya sempat terpisah. Hingga Senin, ia baru bertemu ipar dan keponakannya yang juga luka-luka. Namun sang kakak, Taufik, belum ditemukan.
Mencari keluarga yang hilang diterjang tsunami
Rivan Dwiastono, BBC News Indonesia
Telunjuknya merambati kertas yang tertempel di jendela kamar jenazah RSUD Berkah, Pandeglang, Banten, yang sejak Minggu (23/12) lalu dijadikan Pos DVI (Disaster Victim Identification).
Nama yang ia cari tak ada dalam daftar jenazah yang sudah teridentifikasi di sana.
Ia mengulanginya lagi, menelusuri kolom demi kolom nama korban di kertas itu.
"Enggak ada, Mas," ujarnya lirih.
BBCCopyright: BBC
Rizki Hartadi mencari kakak iparnya, TB Fikri Fakhrurrozi, yang hilang sejak tsunami menerjang.Image caption: Rizki Hartadi mencari kakak iparnya, TB Fikri Fakhrurrozi, yang hilang sejak tsunami menerjang.
Rizki Hartadi mencari kakak iparnya, TB Fikri Fakhrurrozi, yang hilang sejak tsunami menerjang. Saat kejadian, sang kakak tengah berkemah dengan tujuh orang temannya di Pulau Oar, Pandeglang. Mereka berada di sana sejak Sabtu (22/12) siang.
"Kita belum dapat kabar, entah itu tersapu ke (daratan pulau) Jawa, atau tersapu ke mana," ujar Rizki kepada Rivan Dwiastono dari BBC News Indonesia, Senin (24/12) malam.
Rizki menyadari bahwa sang kakak ipar mungkin menjadi korban tsunami setelah melihat unggahan foto pada Facebook sebuah komunitas di Pandeglang, yang memperlihatkan salah satu dari tujuh teman kakaknya. Ia dan saudara-saudaranya yang lain lantas mulai mencari keberadaan Fikri ke sejumlah tempat sejak Minggu siang.
Seperti Rizki, di tempat yang sama, Subhan juga mencari keberadaan kakaknya, Anwar, yang sejak tsunami menghantam tak bisa dihubungi.
Hari Minggu lalu, ia mendatangi rumah sang kakak yang berada di kawasan Carita, Pandeglang. Tapi pemandangan yang tersaji di depannya di luar dugaan.
"Rumah sudah hancur, karena letaknya di pinggir (pantai)," ungkapnya.
bbcCopyright: bbc
Sejumlah jenazah korban tsunami masih berada di Pos DVI Post Mortem, RSUD Berkah, PandeglangImage caption: Sejumlah jenazah korban tsunami masih berada di Pos DVI Post Mortem, RSUD Berkah, Pandeglang
Ia tak tahu bagaimana nasib Anwar kini. Ia juga tidak menemukan nama kakaknya dalam daftar jenazah yang diumumkan Tim DVI.
"Makanya saya lagi ngecek ke sini, ke setiap puskesmas aja gitu. Belum ada datanya, dari ruang bedah juga nggak ada tadi. makanya kita harus ke RS Labuan (untuk cari)," kata Subhan sambil tetap mengarahkan pandangan ke daftar itu.
Ia bertekad untuk mencari sang kakak, dan menjemputnya pulang. "Saya mau mencari dulu. Kalau sekiranya hidup, syukur Alhamdulillah. Kalau sudah tidak ada, ya paling tidak pengen kami bawa. Ada atau tidak ada ya paling kita upaya harus ketemu. insya allah sih pasti ketemu," tuturnya.
Korban tewas kini mencapai 429 orang, 108 di antaranya di Lampung Selatan
Korban akibat tsunami 22 Desember di sekitar Selat Sunda, terus meningkat. Hingga Selasa (25/12), korban sudah tercatat 429 tewas, dan 108 di antaranya adalah korban meninggal yang ditemukan jenazahnya di Lampung Selatan, kata juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
"Ada pula jenazah yang ditemukan di laut, karena mereka terbawa hanyut oleh gelombang,"kata Sutopo dalam jumpa pers di Hari Natal di kantor BNPB, Jakarta.
Jenazah-jenazah di laut itu ditemukan oleh beberapa kapal angkatan laut yang dikerahkan di sekitar Selat Sunda.
Getty ImagesCopyright: Getty Images
Jumlah 429 korban tewas tersebar di 5 kabupaten, Serang, Pandeglang, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus.
"Kalau dilihat dari tingkat kerusakan, Pandeglang paling parah, dengan 290 orang meninggal dunia. Lampung selatan 108 orang, Kabupaten Serang 29 orang, Pesawaran dan Tanggamus masing-masing 1 orang," kata Sutopo.
Ia menyebutkan, BNPB juga mencatat 1.485 orang luka-luka, 154 orang hilang, dan 16.802 orang yang mengungsi di berbagai daerah.
Rombongan menteri dan yang bergegas membersihkan jalan
Silvano Hajid, BBC Indonesia, dari lokasi terdampak tsunami, Lampung Selatan
Mendung menggelayut di langit Kalianda, Lampung Selatan, di hari Natal, Selasa pagi (25/12) itu.
Meski sebagian warga Desa Air Panas masih mengungsi ke rumah kerabat mereka di tempat yang dianggap lebih aman, masih ada yang bertahan, atau malah ditugaskan untuk berada sekitar reruntuhan bangunan rumah mereka.
Khususnya kaum laki-laki: mereka juga bertugas menjaga lingkungan Desa.
Sebanyak 40 rumah hancur di Desa Air Panas oleh tsunami Sabtu malam (22/12). Kampung ini hanya berjarak 2km dari Kantor Bupati Lampung Selatan.
BBC News IndonesiaCopyright: BBC News Indonesia
Posko bantuan, baru saja didirikan di desa itu. Zainah warga Desa Air Panas, bertugas mendata segala bantuan yang masuk ke posko itu.
"Baru datang tadi malam bantuan makanan dan minuman dari pemerintah," jelas Zainah.
Dapur umum di posko itu bersisi dua kompor, seorang ibu memasak mie instan dalam jumlah banyak, untuk kebutuhan para relawan.
Alat berat dan tenaga bantuan dari TNI dan Dinas Kebersihan sudah tiba sejak Minggu (23/12). Tenaga bantuan itu bertugas membersiakan puing-puing bangunan yang berserakan menutupi jalan raya, akses satu-satunya menuju lokasi terdampak tsunami paling parah lainnya di desa Waymuli.
BBC News IndonesiaCopyright: BBC News Indonesia
Tidak lama, mobil bersirine melintas jalan itu: rombongan dari tiga menteri: Menteri Sosial, Menteri Kesehatan dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Dua orang di depan posko terlihat membawa poster bertuliskan: "Bu Menteri rumah kami hancur, mohon bantuan."
BBC News IndonesiaCopyright: BBC News Indonesia
Kisah Marzuki ditarik ombak dari tengah laut, terlempar ke sawah, dikejar lagi oleh ombak hingga naik pohon
Marzuki, warga Way Muli, Lampung, sedang mencari cumi di tengah laut ketika melihat Gunung Anak Krakatau meletus. Ia mengatakan letusannya tak seperti biasanya.
"Seperti melihat kembang api, bunyinya keras, seperti petasan,thas, thas, thas, ... lalu keluar asap putih. Sekitar setengah jam kemudian saya ditarik oleh ombak, saya mencoba menepi," kata Marzuki.
Ia mengatakan dirinya dibawa ombak selama beberapa saat hingga merasa dirinya terpental.
"Saya terlempar ke sawah. Saya bangun dan teriak 'tsunami, tsunami' ke warga," katanya.
Dari sawah ini, ia lari sekuat tenaga menyelamatkan diri. Pada saat ia lari, datang gelombang kedua.
Ahmad Ridho untuk BBC News IndonesiaCopyright: Ahmad Ridho untuk BBC News Indonesia
Marzuki tiga kali dikejar ombak. Ia tengah mencari cumi di laut saat tsunami datang. Gelombang membuatnya terlempar ke sawah.Image caption: Marzuki tiga kali dikejar ombak. Ia tengah mencari cumi di laut saat tsunami datang. Gelombang membuatnya terlempar ke sawah.
Ia melihat tembok dan memanjatnya. Turun dari tembok, ia kembali berlari menjauh dari pantai. Datang gelombang ketiga.
Ia naik ke pohon. "Saya beristigfar (meminta ampun kepada Tuhan). Saya menangis, saya ingat orang tua...," katanya.
Karena ingat orang tua, ia memutuskan untuk turun dari pohon dan pergi ke rumah orang tuanya. Di sana, situasinya berantakan.
"Saya tak menemukan mereka. Saya hanya bisa berharap mereka sudah mengungsi ke tempat aman," katanya.
Melihat orang tuanya tak ada di rumah, ia memutuskan untuk mengecek rumahnya untuk mencari tahu keadaan istri dan anaknya.
"Saya lari menuju rumah. Ternyata rumah sudah rata dengan tanah. Saya tanya ke tetangga di mana istri dan anak saya," kata Marzuki.
Tetangga mengatakan mungkin istri dan anaknya mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Ia pun menuju tempat yang dipakai warga untuk menyelamatkan diri. Di sini, sudah ada ribuan orang.
Di antara ribuan warga, ia melihat anak dan istrinya. "Saya sangat bersykur, Allah telah menyelamatkan istri dan anak saya...," katanya.
Ia mengatakan tak masalah harta bendanya hancur, yang penting istri dan anaknya selamat.
Orang tuanya juga selamat meski sempat tertimpa reruntuhan tembok rumah. Orang tuanya menjalani perawatan, namun sekarang sudah diperbolehkan untuk pulang.
Ratusan rumah hancur di Way Muli, Lampung selatan
Kondisi di daerah terparah di Desa Way Muli Kecamatan Rajabasa, Lampung selatan sangat memperihatinkan, lapor wartawan Ahmad Ridho, yang saat bencana terjadi berada di seputar tempat itu.
Ratusan rumah yang berada pinggir pantai hancur rata dengan tanah, sedangkan rumah yang berhadapan bibir pantai, sebagian rusak parah, kata Ridho.
Ahmad RidhoCopyright: Ahmad Ridho
Ahmad RidhoCopyright: Ahmad Ridho
Akses jalan saat ini sudah bisa dilalui kendaraan roda empat yang akan mambawa bantuan logistik ke daerah bencana, setelah pihak pemerintah menambah armada alat berat untuk menyingkirkan puing-puing rumah yang hancur menutupi badan jalan.
Sampai Senin (24/12), bantuan makanan, pakaian layak pakai datang dari berbagai intansi telah didistribusikan langsung ke pengungsi yang bertahan di dataran tinggi dan perbukitan.
Di daerah ini, data sementara korban jiwa ada sekitar 68 orang dan luka-luka sekitar 360 orang, lapor Ridho.
Pakar gunung api jelaskan fenomena tsunami di Selat Sunda
Tsunami yang terjadi di Selat Sunda, Sabtu (22/12) tidak disebabkan oleh gempa bumi melainkan karena erupsi Gunung Anak Krakatau. Berikut penjelasan Jess Phoenix, pakar gunung berapi asal Amerika Serikat.
Video content
Video caption: Bagaimana gunung berapi bisa menyebabkan tsunami?Bagaimana gunung berapi bisa menyebabkan tsunami?
Laporan langsung
Semuanya waktu Inggris
Post update
'Biasanya asapnya tipis-tipis, ini kok tebal: saya sudah tua, tak mau ambil risiko..."
Silvano Hajid, BBC News Indonesia, dari Kalianda, Lampung Selatan
Badarudin, warga Pulau Sebesi yang sudah bermalam di pengungsian, menceritakan pengalamannya dengan Gunung Anak Krakatau.
Dia tinggal di pulau Sebesi sejak 1969.
"Baru kali ini gunung itu (meletus) kenceng. Biasanya asapnya tipis-tipis, ini kok tebal, saya yang tua ini tidak mau ambil risiko, dan harus mau mengungsi," kata Badarudin.
Hujan abu yang menyelimuti Pulau Sebesi, membuat mata Badarudin terluka. Di pengungsian ia sempat mendapatkan perawatan dari tim medis.
Pada awalnya keluarga tidak mau pergi dari pulau itu, namun ia bersikeras untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
"Sempat debat sama keluarga. Mereka masih merasa aman, karena bisa lari ke bukit. Tapi saya yang renta ini tak bisa lari jauh-jauh di pulau itu: mau lari ke mana lagi?" kata Badarudin.
Selama beberapa hari, matahari tak terlihat: siang menjadi seperti malam.
Letusan masif Krakatau tahun 1883 itu melontarkan abu dan asap dalam jumlah besar ke atmosfer, dan dampaknya di beberapa tempat di dunia, adalah matahari terbenam yang memerahkan langit.
Karena debu vulkanik menutupi permukaan Bumi, maka cahaya matahari tak bisa menembus, sehingga suhu Bumi menjadi turun.
Letusan Krakatau pada 27 Agustus 1883 terjadi pertama pada jam 05.30 pagi, dan berlangsung selama 4,5 jam, lewat empat letusan besar yang sangat kuat.
Letusan terakhir mengeluarkan suara paling keras yang pernah tercatat di planet Bumi ini.
Ratusan desa di Jawa dan Sumatera pun diterjang tsunami, dan bongkahan terumbu karang seberat 600 ton sampai naik ke permukaan.
Simak lebih jauh:
Materi yang dikeluarkan oleh Krakatau terlontar begitu tingginya sampai menyebar dan menutupi ujung barat Jawa dan selatan Sumatera hingga ratusan kilometer dan menyebabkan kegelapan yang sulit untuk ditembus.
Alhasil selama beberapa hari, cahaya matahari tak terlihat: siang pun menjadi seperti malam.
Tidak ada matahari di Pulau Sebesi
Silvano Hajid, BBC News Indonesia, dari Kalianda, Lampung Selatan
"Tidak ada matahari di Pulau Sebesi. Pulau itu jadi gelap, kami ketakutan karena setiap hari mendengar suara gemuruh yang begitu kuat," kata Wasis dari Badan Permusyawaratan Desa Pulau Sebesi.
Di pulau kelabu itu, Wasis dan seribuan orang lainnya tidak punya banyak pilihan, ketakutan menyelimuti seisi pulau. Kini mereka berada di di posko pengungsi di GOR Kalianda, Lampung Selatan.
"Jika masih tinggal di pesisir, kami takut tsunami datang lagi, kalau lari ke hutan (bukit) suara gemuruh itu terasa kencang sekali, dan getaran dari erupsi (Gunung Anak Krakatau) sangat kami rasakan, itu yang buat kami takut, dan akhirnya harus mau dievakuasi," jelas Wasis.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung Selatan, sebanyak 1.386 warga Pulau Sebesi sudah dievakuasi, dan saat ini mengungsi di Gedung Olahraga Kota Kalianda.
Tetapi, menurut Wasis setidaknya hingga Kamis (27/12) masih ada sekitar 40 kepala keluarga yang bertahan di pulau itu.
"Mereka yang masih tinggal (di Pulau Sebesi) sudah dibujuk, belum mau mengungsi. Mereka bilang mau menjaga harta benda, termasuk ternak di sana" kata Wasis.
Mengapa gunung berapi bisa begitu dahsyat pengaruhnya?
"Selalu ada sesuatu yang baru untuk dipelajari dari gunung api," kata David Pyle, profesor ilmu bumi di Universitas Oxford. "Sekitar 600 gunung api telah meletus dalam 200 tahun terakhir, dan 1.500 gunung api lain bisa meletus dalam beberapa dekade ke depan."
Simak lebih jauh laporan lama ini:
Sang profesor ini lalu tersenyum.
"Tapi kita tidak pernah cukup pintar untuk mengetahui apa yang selanjutnya akan dilakukan gunung api. Letusan gunung api paling mematikan selalu berasal dari gunung api tidur."
Karakatau memasuki tahap baru yang mematikan?
Gunung Anak Krakatau kini sedang memasuki fase baru dan mematikan, kata seorang ahli vulkanologi asal California, Jess Phoenix.
Ia menyimpulkan hal itu setelah melihat gambar-gambar erupsi dan menganalisis lini masa letusan gunung Krakatau.
Simak lebih jauh:
Anak Krakatau makin aktif, status ditingkatkan jadi 'Siaga'
Status Gunung Anak Krakatau telah ditingkatkan dari Waspada menjadi Siaga mulai Kamis (27/12) pagi, setelah aktivitas vulkaniknya 'terus meningkat'.
"Sehubungan dengan tingkat aktivitas Level III (Siaga) tersebut, masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah. Saat hujan abu turun, masyarakat diminta untuk mengenakan masker dan kacamata bila beraktivitas di luar rumah," kata Sekretaris Badan Geologi Antonius Ratdomopurbo dalam konferensi pers di Gedung Kementerian ESDM Jakarta, Kamis pagi (27/12).
Ratdomopurbo menyampaikan, peningkatan status ini didasarkan pada hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 27 Desember 2018 pukul 05:00 WIB, lapor wartawan BBC News Indonesia, Pijar Anugerah, yang menghadiri jumpa pers itu.
Ia menyebutkan, terjadi pula hujan abu vulkanik di beberapa wilayah, yakni di Cilegon, Anyer dan Serang. Tim Tanggap Darurat PVMBG telah melakukan cek lapangan, untuk mengkonfirmasikan kejadian tersebut dan melakukan sampling terhadap abu vulkanik yang jatuh.
Hujan abu vulkanik mengakibatkan pula terganggunya lalu lintas udara. BErbagai penerbangan mengalami pengalihan jalur.
Dentuman-dentuman keras terdengar di seantero Anyer
Ayomi Amindoni, BBC News Indonesia
Dentuman misterius di beberapa lokasi, yang diduga bersumber dari erupsi Gunung Anak Krakatau ramai diperbincangkan di dunia maya. Namun seberapa jauh warga bisa percaya atau tidak percaya, mengingat yang dipertaruhkan adalah jiwa manusia?
Suara sangat keras ini terdengar hingga di wilayah Anyer dan sekitarnya. Bahkan dilaporkan, kaca beberapa bangunan ikut bergetar. Dentuman dahsyat terdengar oleh warga yang tinggal di pesisir Selat Sunda, Rabu (26/12) pagi, dan diduga berasal dari Gunung Anak Krakatau.
"Betul, suara dentuman atau gemuruh tersebut berasal dari aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau," ujar Kristianto, Kasubdit Mitigasi Bencana Geologi wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM.
Simak lebih jauh:false
Kristianto membenarkan bahwa hingga kini gunung tersebut memang masih terus mengalami erupsi.
"Kalau potensi besarnya, kita masih melihat dalam beberapa hari ini masih sama. Itu terlihat dari rekaman seismograf kita bahwa amplitudo tremornya masih sekitar antara 30mm," imbuhnya kemudian.
Erupsi Gunung Anak Krakatau dilihat dari Kalianda, Lampung
Video content
Gunung Anak Krakatau Erupsi Sejak Mei 2018
Silvano Hajid dari Kalianda, Lampuing
Asap hitam tebal membumbung hingga ketinggian 1800 meter, di atas Gunung Anak Krakatau, Rabu siang (26/12) itu.
Awan panas terlihat meluncur ke laut dari Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau, di Kecamatan Kalianda, Lampung.
Pada 2018 ini, erupsi besar Gunung Anak Krakatau terjadi sejak bulan Mei, kata Suwarno, petugas Pengamatan Gunung Api, dari Badan Geologi, Kementerian ESDM.
"Sejak Mei, setiap harinya erupsi bisa terjadi sampai 600 kali. Namun adakalanya hanya sekali, dan bahkan tidak erupsi sama sekali," kata Suwarno sambil membawa teropongnya untuk mengamati gunung yang lambat laun mulai terlihat.
Jarak Pos Pengamatan gunung api di Kalianda, Lampung, dengan Gunung Anak Krakatau, sekitar 40 km. Ditambah mendung sejak pagi, akibatnya yang dapat terlihat dari jarak sejauh itu hanyalah asap letusan, kelabu hingga kehitaman.
Menurut Suwarno, asap itu lebih tinggi jika dibandingkan hari-hari sebelumnya. "Biasanya ketinggian asap putih hingga hitam tebal, antara 200 sampai 1800 meter. Hari ini dari 700 sampai 1800 meter. Dan asap kelabu hitam tebal arah condong ke timur," kata Suwarno.
Dia juga menambahkan, bahwa angin juga kemungkinan akan membawa abu vulkanik ke arah timur.
"Jika sampai ke daratan, akan mengakibatkan gangguan pernapasan hingga iritasi mata," katanya pula.
Sesekali tepian gunung terlihat dari kejauhan, kilatan petir juga beberapa kali menyambar, Namun gemuruh erupsi hampir setiap detik terdengar.
Dari pengamatannya, Suwarno menduga awan panas meluncur ke arah lautan.
"Ini kelihatannya agak landai lari ke laut. Kalau ukuran awan panas, karena landai, bisa sekitar 100 meter perdetik, dengan suhu diperkirakan 800 derajat celcius," tambah Suwarno.
Simak lebih jauh
Ada dua pos pengamatan yang memantau aktivitas gunung Anak Krakatau.
Yang pertama, di Kalianda, Lampung Selatan, ini. Ketinggiannya sekitar 100 mdpl. Dan yang kedua berada di Carita, Banten.
Celakanya, alat pencatat aktivitas gunung api rusak di pos pengamatan Kalianda ini rusak. Jadi data erupsi dalam angka hanya bisa diketahui lewat Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Carita, Banten.
Ada pun di Kalianda sini, Suwarno hanya mengandalkan sepasang matanya dalam mengamati aktivitas gunung.
Apa yang ia amati akan menjadi laporan pelengkap kepada pemerintah pusat.
Laporan lewat pengamatan mata dari 40 km.
Korban tewas jadi 430 orang -ada beberapa pencatatan ganda
Hingga Rabu (26/12) dipastikan setidaknya 430 orang tewas dan masih ada daerah yang terjangkau, khususnya di Kecamatan Sumur, Pandeglang, dan di Lampung Selatan.
Jumlah ini tak berbeda jauh dengan sehari sebelumnya, terutama karena sebelumnya ada beberapa pencatatan ganda untuk korban tewas.
"Karena ada kecamatan yang berada di perbatasan antara Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang, dan nama korban ada yang dicatat di dua kabupaten itu," kata Sutopo Purwo Nugrhoho, juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam jumpa pers terbaru.
Sutopo menyebutkan, selain 430 korban tewas BNPB juga mencatat 1.495 orang luka-luka, 159 orang hilang, dan 21.991 orang yang mengungsi di berbagai daerah.
Sutopo menjelaskan, tim gabungan juga terus melakukan operasi penyelamatan dan evakuasi.
"Saat ini, operasi SAR difokuskan di bagian selatan Pandeglang, khususnya kecamatan Sumur, sekitar Taman Nasional ujung Kulon, menggunakan jalur darat, jalur laut dengan beberapa KRI, dan jalur udara dengan 11 helikopter.
Yang utama adalah jalur udara dengan helikopter, karena jalur darat masih sulit, khususnya jalanan yang masih sulit diakses karena sejumlah jembatan yang putus.
Helikopter-helikopter itu dikerahkan untuk mengirim bantuan ke setidaknya tujuh desa di Kecamatan Sumur, selain melakukan penyelamatan bagi yang membutuhkan.
Suwari terseret bersama keluarga
Ada pula Suwari: rumahnya di desa Air Panas juga hancur. Memang antara rumahnya dan laut hanya terpisah dinding pemecah ombak.
Suwari mengaku terseret gelombang sejauh 20 meter hingga jalan raya.
Suwari, seorang pekerja lepas, mengaku sudah tinggal di rumah itu selama 50 tahun dan tak menyangka akan diterjang tsunami.
"Biasanya paling-paling ada air pasang, rumah terendam. Tapi kali ini beda," kata Suwari.
"Saat kejadian, saya lihat ombak itu sudah dua meter di depan saya. Saya langsung lari keluar lewat pintu dan menarik istri dan anak lewat jendela. Saya peluk mereka, dan gelombang kedua menyeret kami," kata Sumari.
Kini jendela dan pintu rumah itu sudah hanyut entah ke mana. Sementara sisa-sisa dindingnya bergeletakan.
Masuk hutan dan keluar karena kehabisan makanan
Silvano Hajid dari kawasan terdampak tsunami di Lampung
Selasa (25/12) pagi itu, Nursanah, 54, warga Desa Waymuli Timur, baru kembali ke rumah mereka yang hancur di pesisir pantai. Ia datang bersama suami, anak, menantu dan dua cucunya.
Mereka keluar setelah tidak ada lagi yang bisa dimakan di dalam hutan tempat mereka mengungsi.
"Hanya pakaian yang melekat di badan yang kami bawa, sesekali ada yang mengantarkan makanan ke atas, namun tidak cukup untuk kami," kata Nursanah kepada BBC Indonesia.
Jarak rumah mereka dari pantai hanya 10 meter. Saat tsunami menerjang merubuhkan rumah, nyawa mereka selamat setelah berhasil lari sekuat tenaga menuju gunung Rajabasa
Di sana mereka membangun tenda sementara di tengah hutan bersama puluhan orang lainnya.
Muka Nursanah masih terlihat memar akibat hantaman puing bangunan.
"Sempat juga kesetrum karena aliran listrik masih waktu air bah datang,"kata Nursanah.
Tidak jauh dari tempat Nursanah berdiri, rombongan pejabat pusat dan daerah yang berkunjung ke dapur umum yang memasak 2.000 porsi makanan setiap hari sejak Senin (24/12).
Kendati lebih tenang, namun keluarga Nursanah akan tetap kembali ke pengungsian di dalam hutan sore hari ini.
"Kami masih trauma, apalagi dengar gemuruh (gunung Anak) Krakatau setiap malam semenjak tsunami," tambah Nursanah.
Hampir 20 km seluruh kawasan pesisir Kecamatan Kalianda, mulai dari Desa Air Panas sampai Desa Waymuli menjadi korban hantaman tsunami.
Setidaknya 400 rumah rusak parah.
Bantuan kebutuhan darurat baru lancar didistribusikan pada Selasa (25/12) sesudah sejumlah mesin eskavator bisa memindahkan puing-puing bangunan yang memenuhi jalanan.
'Saya terguling-guling diterjang tsunami'
Rivan Dwiastono, BBC News Indonesia
Tak jauh dari Pos DVI, di ruang Unit Gawat Darurat, beberapa korban luka akibat tsunami terbaring lemah dengan sejumlah luka di tubuh mereka.
Yayat yang mengalami luka sobek di bagian pipi kiri dan memar di bagian paha, sudah cukup kuat untuk berjalan dan menghampiri anggota keluarganya yang lain, yang juga dirawat di sana setelah terseret ombak.
"Saya terguling-guling sampai jarak-eh-selama 70-80 detik," ujarnya sambil mengingat-ingat peristiwa naas itu.
"Sekitar saya sudah banyak sampah."
Ia dan lima anggota keluarganya tengah berada di Tanjung Lesung Beach Resort, Pandeglang, saat tsunami datang.
Yayat dan kakaknya adalah penyelenggara acara kumpul keluarga PLN yang juga menampilkan band Seventeen kala itu.
"Setelah Seventeen nyanyi lagu kedua, dia memperkenalkan personel, lalu panggung itu ambruk, itu langsung—tidak ada…," papar Yayat menggambarkan suasana panik saat gelombang menerjang.
Ia mengaku terseret hingga seratus meter ke area restoran.
Ia dan beberapa anggota keluarganya sempat terpisah. Hingga Senin, ia baru bertemu ipar dan keponakannya yang juga luka-luka. Namun sang kakak, Taufik, belum ditemukan.
Mencari keluarga yang hilang diterjang tsunami
Rivan Dwiastono, BBC News Indonesia
Telunjuknya merambati kertas yang tertempel di jendela kamar jenazah RSUD Berkah, Pandeglang, Banten, yang sejak Minggu (23/12) lalu dijadikan Pos DVI (Disaster Victim Identification).
Nama yang ia cari tak ada dalam daftar jenazah yang sudah teridentifikasi di sana.
Ia mengulanginya lagi, menelusuri kolom demi kolom nama korban di kertas itu. "Enggak ada, Mas," ujarnya lirih.
Rizki Hartadi mencari kakak iparnya, TB Fikri Fakhrurrozi, yang hilang sejak tsunami menerjang. Saat kejadian, sang kakak tengah berkemah dengan tujuh orang temannya di Pulau Oar, Pandeglang. Mereka berada di sana sejak Sabtu (22/12) siang.
"Kita belum dapat kabar, entah itu tersapu ke (daratan pulau) Jawa, atau tersapu ke mana," ujar Rizki kepada Rivan Dwiastono dari BBC News Indonesia, Senin (24/12) malam.
Rizki menyadari bahwa sang kakak ipar mungkin menjadi korban tsunami setelah melihat unggahan foto pada Facebook sebuah komunitas di Pandeglang, yang memperlihatkan salah satu dari tujuh teman kakaknya. Ia dan saudara-saudaranya yang lain lantas mulai mencari keberadaan Fikri ke sejumlah tempat sejak Minggu siang.
Seperti Rizki, di tempat yang sama, Subhan juga mencari keberadaan kakaknya, Anwar, yang sejak tsunami menghantam tak bisa dihubungi.
"Iya, (dia) lagi melaut gitu (saat tsunami terjadi)," ujar Subhan Senin (24/12).
Hari Minggu lalu, ia mendatangi rumah sang kakak yang berada di kawasan Carita, Pandeglang. Tapi pemandangan yang tersaji di depannya di luar dugaan.
"Rumah sudah hancur, karena letaknya di pinggir (pantai)," ungkapnya.
Ia tak tahu bagaimana nasib Anwar kini. Ia juga tidak menemukan nama kakaknya dalam daftar jenazah yang diumumkan Tim DVI.
"Makanya saya lagi ngecek ke sini, ke setiap puskesmas aja gitu. Belum ada datanya, dari ruang bedah juga nggak ada tadi. makanya kita harus ke RS Labuan (untuk cari)," kata Subhan sambil tetap mengarahkan pandangan ke daftar itu.
Ia bertekad untuk mencari sang kakak, dan menjemputnya pulang. "Saya mau mencari dulu. Kalau sekiranya hidup, syukur Alhamdulillah. Kalau sudah tidak ada, ya paling tidak pengen kami bawa. Ada atau tidak ada ya paling kita upaya harus ketemu. insya allah sih pasti ketemu," tuturnya.
Korban tewas kini mencapai 429 orang, 108 di antaranya di Lampung Selatan
Korban akibat tsunami 22 Desember di sekitar Selat Sunda, terus meningkat. Hingga Selasa (25/12), korban sudah tercatat 429 tewas, dan 108 di antaranya adalah korban meninggal yang ditemukan jenazahnya di Lampung Selatan, kata juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
"Ada pula jenazah yang ditemukan di laut, karena mereka terbawa hanyut oleh gelombang,"kata Sutopo dalam jumpa pers di Hari Natal di kantor BNPB, Jakarta.
Jenazah-jenazah di laut itu ditemukan oleh beberapa kapal angkatan laut yang dikerahkan di sekitar Selat Sunda.
Jumlah 429 korban tewas tersebar di 5 kabupaten, Serang, Pandeglang, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus.
"Kalau dilihat dari tingkat kerusakan, Pandeglang paling parah, dengan 290 orang meninggal dunia. Lampung selatan 108 orang, Kabupaten Serang 29 orang, Pesawaran dan Tanggamus masing-masing 1 orang," kata Sutopo.
Ia menyebutkan, BNPB juga mencatat 1.485 orang luka-luka, 154 orang hilang, dan 16.802 orang yang mengungsi di berbagai daerah.
Rombongan menteri dan yang bergegas membersihkan jalan
Silvano Hajid, BBC Indonesia, dari lokasi terdampak tsunami, Lampung Selatan
Mendung menggelayut di langit Kalianda, Lampung Selatan, di hari Natal, Selasa pagi (25/12) itu.
Meski sebagian warga Desa Air Panas masih mengungsi ke rumah kerabat mereka di tempat yang dianggap lebih aman, masih ada yang bertahan, atau malah ditugaskan untuk berada sekitar reruntuhan bangunan rumah mereka.
Khususnya kaum laki-laki: mereka juga bertugas menjaga lingkungan Desa.
Sebanyak 40 rumah hancur di Desa Air Panas oleh tsunami Sabtu malam (22/12). Kampung ini hanya berjarak 2km dari Kantor Bupati Lampung Selatan.
Posko bantuan, baru saja didirikan di desa itu. Zainah warga Desa Air Panas, bertugas mendata segala bantuan yang masuk ke posko itu.
"Baru datang tadi malam bantuan makanan dan minuman dari pemerintah," jelas Zainah.
Dapur umum di posko itu bersisi dua kompor, seorang ibu memasak mie instan dalam jumlah banyak, untuk kebutuhan para relawan.
Alat berat dan tenaga bantuan dari TNI dan Dinas Kebersihan sudah tiba sejak Minggu (23/12). Tenaga bantuan itu bertugas membersiakan puing-puing bangunan yang berserakan menutupi jalan raya, akses satu-satunya menuju lokasi terdampak tsunami paling parah lainnya di desa Waymuli.
Tidak lama, mobil bersirine melintas jalan itu: rombongan dari tiga menteri: Menteri Sosial, Menteri Kesehatan dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Dua orang di depan posko terlihat membawa poster bertuliskan: "Bu Menteri rumah kami hancur, mohon bantuan."
Kisah Marzuki ditarik ombak dari tengah laut, terlempar ke sawah, dikejar lagi oleh ombak hingga naik pohon
Marzuki, warga Way Muli, Lampung, sedang mencari cumi di tengah laut ketika melihat Gunung Anak Krakatau meletus. Ia mengatakan letusannya tak seperti biasanya.
"Seperti melihat kembang api, bunyinya keras, seperti petasan,thas, thas, thas, ... lalu keluar asap putih. Sekitar setengah jam kemudian saya ditarik oleh ombak, saya mencoba menepi," kata Marzuki.
Ia mengatakan dirinya dibawa ombak selama beberapa saat hingga merasa dirinya terpental.
"Saya terlempar ke sawah. Saya bangun dan teriak 'tsunami, tsunami' ke warga," katanya.
Dari sawah ini, ia lari sekuat tenaga menyelamatkan diri. Pada saat ia lari, datang gelombang kedua.
Ia melihat tembok dan memanjatnya. Turun dari tembok, ia kembali berlari menjauh dari pantai. Datang gelombang ketiga.
Ia naik ke pohon. "Saya beristigfar (meminta ampun kepada Tuhan). Saya menangis, saya ingat orang tua...," katanya.
Karena ingat orang tua, ia memutuskan untuk turun dari pohon dan pergi ke rumah orang tuanya. Di sana, situasinya berantakan.
"Saya tak menemukan mereka. Saya hanya bisa berharap mereka sudah mengungsi ke tempat aman," katanya.
Melihat orang tuanya tak ada di rumah, ia memutuskan untuk mengecek rumahnya untuk mencari tahu keadaan istri dan anaknya.
"Saya lari menuju rumah. Ternyata rumah sudah rata dengan tanah. Saya tanya ke tetangga di mana istri dan anak saya," kata Marzuki.
Tetangga mengatakan mungkin istri dan anaknya mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Ia pun menuju tempat yang dipakai warga untuk menyelamatkan diri. Di sini, sudah ada ribuan orang.
Di antara ribuan warga, ia melihat anak dan istrinya. "Saya sangat bersykur, Allah telah menyelamatkan istri dan anak saya...," katanya.
Ia mengatakan tak masalah harta bendanya hancur, yang penting istri dan anaknya selamat.
Orang tuanya juga selamat meski sempat tertimpa reruntuhan tembok rumah. Orang tuanya menjalani perawatan, namun sekarang sudah diperbolehkan untuk pulang.
Ratusan rumah hancur di Way Muli, Lampung selatan
Kondisi di daerah terparah di Desa Way Muli Kecamatan Rajabasa, Lampung selatan sangat memperihatinkan, lapor wartawan Ahmad Ridho, yang saat bencana terjadi berada di seputar tempat itu.
Ratusan rumah yang berada pinggir pantai hancur rata dengan tanah, sedangkan rumah yang berhadapan bibir pantai, sebagian rusak parah, kata Ridho.
Akses jalan saat ini sudah bisa dilalui kendaraan roda empat yang akan mambawa bantuan logistik ke daerah bencana, setelah pihak pemerintah menambah armada alat berat untuk menyingkirkan puing-puing rumah yang hancur menutupi badan jalan.
Sampai Senin (24/12), bantuan makanan, pakaian layak pakai datang dari berbagai intansi telah didistribusikan langsung ke pengungsi yang bertahan di dataran tinggi dan perbukitan.
Di daerah ini, data sementara korban jiwa ada sekitar 68 orang dan luka-luka sekitar 360 orang, lapor Ridho.
Pakar gunung api jelaskan fenomena tsunami di Selat Sunda
Tsunami yang terjadi di Selat Sunda, Sabtu (22/12) tidak disebabkan oleh gempa bumi melainkan karena erupsi Gunung Anak Krakatau. Berikut penjelasan Jess Phoenix, pakar gunung berapi asal Amerika Serikat.
Video content