Festival UWRF Ubud 2016 akan bahas isu perbedaan, kemajemukan hingga perbatasan

Sumber gambar, UWRF 2016
Fesitval di Ubud 2016 mengangkat tema perbedaan, perbatasan, kemajemukan, arti sebuah identitas, dan kesatuan.
WNI korban perdagangan seksual di AS, Shandra Woworuntu tampil di Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2016 yang akan dibuka Rabu (26/10) di Ubud, Bali.
Persoalan seputar perbedaan, perbatasan, kemajemukan, arti sebuah identitas, serta kesatuan, akan menjadi tema utama UWRF 2016 ini.
"Perdebatan-perdebatan tak terjawab seputar hak asasi manusia, nilai dari suatu perbedaan, dan energi-energi yang membentuk kehidupan, lingkungan, dan identitas sebuah bangsa akan dimunculkan," papar Janet de Neefe, direktur UWRF 2016.
Menggunakan ungkapan peninggalan ajaran filsafat Hindu abad keenam, yaitu Tat Tvam Asi, yang berarti 'aku adalah engkau, engkau adalah aku' atau 'kita semua satu', acara ini akan menyoroti pula soal masalah kemajemukan di Indonesia.
"Salah satu tajuk besar seputar Tat Tvam Asi yang akan dibahas di UWRF adalah mengenai pembatas dalam suatu bangsa," jelas Janet Janet de Neefe.
Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan
Dalam bingkai tema seperti itulah, panitia mengundang para pembicara yang 'akrab' dengan tema 'perbatasan', termasuk seorang WNI yang menjadi korban human trafficking atau penyelundupan manusia di Amerika Serikat, Shandra Waworuntu.
"Kami juga mengundang Agustinus Wibowo, travel writer (penulis perjalanan) yang menaruh perhatian pada perjalanan identitas bangsa Indonesia," ungkap penyelenggara UWRF dalam situs resminya.
Dari luar negeri, UWRF akan mengundang pelawak tunggal asal Pakistan-Australia, Sami Shah, serta pemenang World Poetry Slam 2015, Emi Mahmoud yang berasal dari wilayah konflik Darfur dan kini hidup di AS.
Seno Gumira dan Eka Kurniawan ikut meramaikan
Lebih dari 160 orang penulis, seniman, jurnalis, musisi, serta pegiat sosial dipastikan akan berkumpul di festival ini, bersama para penikmat sastra dan penggemar seni lainnya dari berbagai belahan dunia.
Wartawan senior Seno Gumira Ajidarma serta novelis Eka Kurniawan dipastikan akan menghadiri acara tersebut. "Keduanya akan bertukar kisah, ide dan inspirasi mengagumkan," kata panitia.
Eka Kurniawan adalah penulis sejumlah karya fiksi yang baru-baru ini masuk dalam daftar awal calon pemenang The Man Booker International Prize.
Eka Kurniawan adalah penulis generasi baru yang melambung di kancah internassional, dan sejumlah karyanya baru-baru ini masuk dalam daftar awal calon pemenang The Man Booker International Prize.
Novelis, penulis naskah, sutradara, serta aktris Indonesia yang karyanya kerap memancing kontroversi, Djenar Maesa Ayu, juga diundang sebagai pembicara.
Dari panggung internasional, Lionel Shriver, penulis pemenang penghargaan dengan karya berjudul We Need To Talk About Kevin -difilmkan dengan judul yang sama, dibintangi Tilda Swindon, juga akan hadir dalam festival ini.
Wartawan senior dan penulis Seno Gumira Ajidarma akan berprestasi dalam UWRF Ubud 2016.
Sosok Mitchell S Jackson, penulis autobiografi The Residue Years, juga masuk dalam daftar penulis yang akan meramaikan acara ini.
Penulis lain yang diundang adalah Hanya Yanagihara, Charlotte Wood, Amit Chaudhuri, Kamila Shamsie, Hannah Kent, dan Erica Jong.
Perayaan dunia perfilman Indonesia
Selain membahas karya sastra, festival penulis dan peminat sastra Ubud 2016 ini akan 'merayakan' pula dunia perfilman Indonesia yang belakangan dianggap menciptakan 'luapan karya-karya berkelas dunia' dalam dua tahun belakangan.
"Tak dapat dipungkiri bahwa sastra dan film adalah dua hal yang kerap bersisian," ungkap panitia mengomentari pelibatan pegiat perfilman dalam acara itu.
Sumber gambar, Prenjak
Salah satu adegan dalam film Prenjak. Sutradara film ini, Wregas Bhanuteja, akan diundang ke acara di Ubud, Bali.
Untuk itulah, mereka mengundang antara lain sutradara muda Wregas Bhanuteja yang film pendek karyanya, Prenjak, yang memenangkan penghargaan film pendek terbaik La Semaine de la Critique di Cannes Film Festival 2016.
Joko Anwar, sutradara beberapa film terbaik Indonesia dan pernah dinominasikan di festival film internasional, akan diundang pula. Tidak ketinggalan legenda perfilman Indonesia, Slamet Rahardjo.
Wartawan akan menjadi pembicara
Para jurnalis senior juga akan hadir untuk membahas persoalan perpecahan, konflik, dan ekstrimisme.
Tiga persoalan ini dianggap penting oleh panitia UWRF 2016, karena 'kerap menghancurkan persatuan bangsa'.
Sejumlah wartawan senior seperti Andrew Fowler (mantan reporter ABC TV) dan Desi Anwar, jurnalis dan penyiar TV senior, akan membagikan perspektifnya dalam acara di Ubud.
Tahun lalu, festival ini sempat diwarnai kontroversi ketika panitia membatalkan sejumlah acara terkait kasus pasca 1965 setelah diancam tidak akan diberikan izin festival.
Selain itu, Pemimpin Redaksi The Jakarta Post, Endy Bayuni, jurnalis asal India dan penulis, Pallavi Aiyar, komentator politik yang juga Pemimpin Redaksi majalah GQ Thailand, Voranai Vanijaka, dan jurnalis kawakan Majalah Tempo, Leila S. Chudori, diundang pula sebagai pemateri.
Keterlibatan kaum muda
Panitia juga mengundang anak-anak muda yang kerap menyuarakan keinginannya untuk mengubah dunia.
Selain Wregas Bhanuteja dan Emi Mahmoud, ada sosok Emmanuela Shinta yang dikenal sebagai pegiat konservasi alam, serta peraih penghargaan Queensland Young Australian of the Yea maupun seorang advokat untuk pemberdayaan remaja dan wanita, Yassmin Abdel-Magied.
Ada pula sosok Bonni Rambatan, penulis dan ilustrator yang karya-karyanya menitikberatkan pada upaya kritik terhadap perubahan sosial.
Tahun lalu, festival ini sempat diwarnai kontroversi ketika panitia membatalkan sejumlah acara terkait kasus pasca 1965 setelah diancam tidak akan diberikan izin festival.