Kasus Sulley Muntari, ketua anti rasisme bola Italia 'ingin ikut aksi mogok'

Muntari melaporkan tindakan rasis terhadap dirinya kepada wasit dalam pertandingan antara kesebelasan Pescara melawan Cagliari.
Reputasi sepak bola Italia di seluruh dunia tercederai oleh tindakan terhadap gelandang asal Ghana, Sulley Muntari, kata Ketua anti-rasisme Federasi Sepak Bola Italia, Fiona May.
Ia mengatakan, keputusan untuk menghukum gelandang kesebelasan Pescara itu karena memprotes aksi rasis, namun tidak ada tindakan menghukum fans yang bersikap rasis, telah 'mengirimkan pesan yang buruk.'
May menambahkan bahwa ia pun akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi sebagai seorang pemain.
"Saya frustrasi dan terguncang," kata May.
Pakar sepakbola BBC Garth Crooks -yang juga salah seorang perwakilan organisasi anti-diskriminasi Kick It Out- menyerukan agar para pesepakbola Italia melakukan aksi mogok sebagai protes terkait perlakuan yang dialami Muntari dan kurangnya hukuman bagi para penggemar yang bertanggung jawab atas aksi rasisme.
Sumber gambar, Getty Images
Fiona May yang mewakili Italia dalam Kejuaraan Eropa dan Dunia mengaku terguncang dan frustrasi mengetahui tindakan rasis yang dialami Muntari.
Dan tentang seruan mogok itu May mengatakan: "Jika saya pemain, saya akan melakukannya. Jika saya bukan bagian dari Federasi, saya akan mengatakan 'Tunggu sebentar, apa yang terjadi di sini?'"
"Saya rasa semua pemain harus mempertimbangkannya, untuk menunjukkan solidaritas," kata mantan juara dunia atletik kelahiran Inggris itu kepada acara BBC World Service World Football. Betapapun mantan peraih perak Olympiade yang direkrut oleh Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) pada tahun 2014 itu menekankan bahwa dirinya berbicara secara hipotetis.
Muntari melaporkan tindakan rasis yang dideritanya dari beberapa fans kesebelasan Cagliari kepada wasit, namun malah diberi kartu kuning dan mendapat kartu kuning kedua karena meninggalkan lapangan tanpa izin.
Komite disipliner Serie A lalu menjatuhkan hukuman pada Muntari, namun mereka mengatakan tidak bisa menghukum para fans karena hanya ada 'sekitar 10 orang' yang meneriakkan yel-yel bernada rasis -yang dianggap tidak cukup kuat untuk menghukum para fans berdasarkan pedoman mereka sendiri.
May mengatakan salah bila komite terlalu mengacu pada panduan tersebut, dan bertanya: "Anda tidak bisa mendasarkan pelecehan pada seorang pemain di lapangan berdasarkan angka tertentu. Bagaimana mungkin ada hitungan angka di sana?
Godfred Donsah mengatakan bersedia melakukan aksi mogok untuk menunjukkan solidaritas terhadap Sulley Muntari.
Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu
Episode
Akhir dari Podcast
"Saya kira tidak masalah jika hanya ada satu orang atau 100 orang yang berdiri, tidak masalah, mereka tidak seharusnya meneriakkan yel-yel bernada rasis."
Ia juga mengecam tindakan wasit Daniele Minelli, dan mengatakan seharusnya wasit "menghentikan permainan dan mendengarkannya".
May menambahkan: "Sepak bola adalah olahraga global dan saya mengatakan kepada presiden FIGC bahwa kasus ini 'sama sekali tidak membantu citra sepakbola Italia."
"Ibu saya berada di Inggris lalu ia menelepon saya dan bertanya 'apa yang terjadi di sana?"
Gelandang Bologna dan Ghana, Godfred Donsah mengatakan 100% bersedia melakukan aksi mogok untuk menunjukkan solidaritas terhadap Muntari.
May mengaku bahwa ia tidak memikirkan seberapa banyak orang yang akan menghiraukan seruan untuk pemogokan, namun ia yakin bahwa aksi protes tersebut pasti akan 'membawa perubahan.'
Namun, ia menambahkan: "Ini menunjukkan bagaimana tindakan rasisme bisa menjadi permasalahan lebih serius dibanding yang diperkirakan orang, walaupun kita sudah menempuh berbagai jenjang pendidikan. Ini memperlihatkan bahwa masih banyak yang harus dilakukan."