Nilai tukar rupiah per dolar: Empat cara warganet menanggapinya

Sumber gambar, ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (04/09).
Catatan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang tertera pada situs Bank Indonesia, hingga Kamis (06/09), menunjukkan bahwa US$1 kini setara Rp14.891.
Warganet pun ramai dengan aneka pendapat di media sosial.
Pelemahan rupiah terhadap dolar ini sudah terjadi dalam beberapa bulan terakhir, dan sebagian kalangan menyebut, ini pelemahan rupiah terburuk dalam 20 tahun terakhir. Namun menurut Presiden Jokowi dan sebagian ekonom, faktornya rumit.
Pada Rabu (05/09), Presiden Jokowi mengatakan penyebab utama adalah faktor luar, seperti kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat, serta krisis yang melanda Turki dan Argentina.
"Ini faktor eksternal yang bertubi-tubi. Saya kira yang paling penting kita harus waspada, kita harus hati-hati," ujar Jokowi.
Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan
Menurut Joko Widodo, untuk mengatasinya pemerintah akan meningkatkan koordinasi di sektor fiskal, moneter, industri, dan para pelaku usaha.
Dia juga menetapkan target satu tahun bagi kabinetnya untuk segera memperbaiki defisit transaksi berjalan dengan menggenjot ekspor dan investasi di dalam negeri.
"Kuncinya ada dua, investasi yang harus meningkat dan ekspor yang harus meningkat juga, sehingga kita bisa menyelesaikan defisit transaksi berjalan. Kalau ini selesai, itu akan menyelesaikan semuanya," kata Jokowi.
Presiden Jokowi mengingatkan, rupiah bukan satu-satunya mata uang yang mengalami pelemahan terhadap dolar sekarang ini, dan bukan yang terburuk.
Di media sosial, banyak warganet yang memberi beragam tanggapan soal melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Berikut beberapa di antaranya:
1. Perbandingan dengan 1998
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar disebut terparah sejak krisis ekonomi pada 1997 yang kemudian berdampak politik pada pemerintahan Orde Baru. Beberapa bulan kemudian Presiden Suharto mengundurkan diri.
Bukan hanya soal kurs yang kemudian dibandingkan dengan era 1997-1998, tapi beberapa warganet membandingkan reaksi politik yang dilakukan oleh para mahasiswa saat itu dengan reaksi mahasiswa saat ini yang disebut 'diam'.
Namun warganet lain juga menyatakan bahwa soal nilai tukar rupiah terhadap dolar tak bisa dibebankan hanya pada mahasiswa saja.
Jika pada 1998, ada gerakan 'cinta rupiah' dan aksi politisi yang ramai-ramai menukarkan dolar, sampai Kamis (06/09) baru politisi dan bakal cawapres Sandiaga Uno yang diberitakan oleh media menukarkan sebagian dolar yang dimilikinya.
Di hadapan media, Sandi menukarkan US$1.000 ke rupiah, namun Sandi mengklaim bahwa dia akan menukarkan hampir 40% portofolio asetnya dalam bentuk dolar Amerika Serikat ke rupiah.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, saat ditanya soal kemungkinan menukar dolar yang dimilikinya ke rupiah, mengatakan bahwa masih akan mempertimbangkan ajakan itu.
Sumber gambar, ANTARA FOTO/Bimasurya Eka Putra
Bakal calon Wakil Presiden Sandiaga Uno (kiri) menukarkan uang dolar AS ke mata uang rupiah di Jakarta, Kamis (06/09). Sandiaga Uno menukarkan sebagian dolar AS miliknya sebagai upaya untuk menjaga nilai mata uang rupiah.
Pemerintah sudah menjamin depresiasi rupiah ini tidak akan berujung pada krisis ekonomi seperti yang terjadi tahun 1997 karena inflasi kini berada di angka 3,2%, sementara tahun 1997 inflasi mencapai 78,2%.
Selain itu, pemerintah menyebut pertumbuhan ekonomi 2018 berada di angka 5,27%, berbeda dengan tahun 1997 yang justru minus 13,34%.
2. Tagar soal rupiah
Di tengah panasnya situsi politik terkait Pemilihan Presiden, penurunan rupiah bagai peluru baru bagi kalangan pendukung Prabowo dan penentang Jokowi.
Sejak Senin (03/09), tagar #RupiahLongsorJokowiLengser tercatat oleh Spredfast digunakan di lebih dari 40.000 cuitan, dan kadang bersamaan digunakan bersama dengan tagar #2019GantiPresiden.
Sumber gambar, Spredfast
Penggunaan tagar #RupiahLongsorJokowiLengser di media sosial menurut Spredfast.
Di saat bersamaan, ada warganet yang menggunakan tagar #SaveRupiah, walaupun jumlah yang menggunakan tak sebanyak tagar sebelumnya. Menurut Spredfast, sejak Jumat (31/08) lalu, penggunaan tagar ini ada pada sekitar 400 cuitan saja.
Sementara dari kalangan pendukung Jokowi, tidak banyak muncul tagar tandingan sejauh ini.
3. Pengaruhnya terhadap masyarakat
Ada warganet yang mengungkapkan kekhawatiran soal dolar yang terus naik terhadap rupiah, namun ada juga warganet yang mempertanyakan, sebenarnya seberapa besar pengaruhnya pada kehidupan sehari-hari.
Sebelumnya, ekonom dari Universitas Atmajaya Jakarta, Agustinus Prasetyantoko, mengatakan harga barang konsumsi yang bergantung pada produk impor seperti tahu-tempe berpotensi melonjak jika rupiah terus melemah.
Namun, dia memprediksi dampak jangka dekat depresiasi rupiah hanya akan dirasakan pelaku pasar keuangan dan pengusaha besar, bukan masyarakat kelas menengah ke bawah.
4. Upaya 'menyelamatkan' rupiah
Sementara itu, ada sebagian warganet lain yang mencoba mengajak untuk melakukan upaya 'menyelamatkan' rupiah.
Beberapa ajakan yang disebarkan itu termasuk menunda belanja barang elektronik, membeli produk dalam negeri, serta menunda jalan-jalan ke luar negeri.
Meski begitu, menurut ekonom Agustinus Prasetyantoko, upaya swadaya ini tidak akan langsung memperkuat rupiah.
"Dampaknya tidak akan signifikan. Ini untuk menjaga efek psikologi. Kalau dilakukan secara konsisten, tentu akan berdampak, terutama jika semakin banyak orang mengikuti gerakan ini," ujarnya.